TEHERAN – Iran tengah mempertimbangkan pembuatan kapal selam bertenaga nuklir. Pengembangan ini akan sangat memperluas kemampuan negara untuk beroperasi di laut di luar perairan asalnya.
Hal itu diungkapkan oleh panglima angkatan laut Iran.
“Akan menjadi kelalaian dari pihak Iran jika gagal mempertimbangkan untuk menggunakan kapal selam dengan tenaga nuklir,” kata Laksamana Muda Hossein Khanzadi.
“Karena itu, kami memikirkannya,” ia menambahkan seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (17/4/2020).
Iran membanggakan armada berbagai kapal selam, mulai dari kapal selam yang mampu mengangkut lebih dari 50 awak hingga melintasi perairan yang kasar. Namun, semua kapalnya menggunakan cara propulsi konvensional.
Kapal selam bertenaga nuklir memiliki kemampuan operasional yang lebih baik daripada kapal selam konvensional mereka, diesel-listrik, karena mereka tidak perlu sering mengisi bahan bakar dan dapat beroperasi secara otonom untuk jangka waktu yang lebih lama, pejabat itu menjelaskan. Khanzadi mencatat pembuatan kapal semacam itu sejalan dengan strategi pertahanan negara itu, sementara banyak negara lain – termasuk Amerika Serikat (AS) – sudah mengerahkan kapal jenis itu.
Kepala angkatan laut itu tidak memberikan kerangka waktu kapan tepatnya sebuah kapal bertenaga nuklir mungkin muncul, hanya menyatakan bahwa Iran telah memiliki “kapasitas domestik” untuk membangun kapal yang lebih besar dari kapal selam “semi-berat” kelas-menengah Fateh.
Rencana untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir terungkap sehari setelah insiden maritim terbaru yang terjadi di perairan Teluk Persia. Sejumlah speedboat, milik Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), ‘berdengung’ dekat kapal perang AS, yang dikatakan sedang melakukan patroli “keamanan maritim” di Teluk. AS mengutuk kegiatan IRGC, menyebut manuver speedboat itu sebagai melecehkan, berbahaya dan provokatif.
Teluk Persia telah melihat peningkatan kehadiran militer asing sejak musim panas lalu, ketika perairan itu menjadi tempat berbagai insiden internasional, termasuk serangkaian serangan misterius pada tanker minyak. AS dan Inggris sangat vokal menyalahkan serangan-serangan tersebut terhadap Iran, namun tidak ada bukti yang mendukung tuduhan itu.