Oleh : H. Roni Haldi, Lc
Penghulu Muda KUA Kec. Susoh, Abdya dan Penulis buku Lingkaran pekat muslihat.
Tersebut lah kisah Sultan Abdul Hamid II Turki Utsmani, suatu malam memanggil salah seorang sahabatnya; Ismail Janji Efendi. Ketika sahabatnya sampai menemuinya, ia mempersilahkan masuk dan kemudian bertanya,
“Siapakah yang kita panggil sahabat?”
Lalu Ismail menjawab, “Sahabat adalah yang kita sayangi dengan hati, wahai Sultan-ku.”
“Kenapa engkau berkata seperti itu?” tanya sang Sultan.
Lalu Ismail menjawab, “Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam diangkat ke langit melaksanakan mi’raj, semua orang-orang musyrik datang menemui Abu Bakar As Siddiq.
“Kami datang ya Abu Bakar, kami membawa kabar yang luar biasa untukmu, apakah engkau sudah dengar yang sahabatmu katakan?” ujar mereka.
Abu Bakar as Siddiq berkata bahwa ia tidak mendengarnya.
Orang-orang musyrik memberi tahu beliau dengan kebanggaan besar.
“Dia mengatakan bahwa ia semalam telah pergi ke baitul maqdis lalu diangkat ke langit dan melihat wujud Allah.”
Abu Bakar as Siddiq bertanya, “Apakah sahabatmu Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang mengatakan itu?”
Orang-orang musyrik berkata, “Ya, pastilah Muhammad sudah tidak waras.”
Abu Bakar as Siddiq berkata, “Jika ia mengatakan itu, demi Allah aku tidak ragu dan apapun yang ia katakan itulah kebenaran.”
Orang-orang musyrik menundukksn kepala mereka dan pergi meninggalkan Abu Bakar as Siddiq.
“Jika Abu Bakar as Siddiq menyayangi sahabatnya dengan akal, dia takkan disebut as Siddiq (yang membenarkan). Sultan-ku, Abu Bakar as Siddiq menyayangi sahabatnya bukan dengan akalnya, tapi dengan hatinya. Dua telah mengirim pulang orang-orang musyrik dengan rasa malu,” kata Ismail kepada Sultan Abdul Hamid II.
Sehingga Sultan berkata, “Semoga Allah menunjukkan kebenaran dalam hati kita.”
Bvc langka dari Allah Ta’ala.
Teman, kawan, atau sahabat adalah orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan), menjadi pelengkap (pasangan). Demikian pengertiannya menurut bahasa dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Pentingnya Sahabat Shaleh
Apa untungnya jika Anda punya sahabat shaleh,
Pertama, Sahabat shaleh akan selalu mengingat menasehati jika melihat mengetahui sahabatnya salah. Baik salah ucap bicara, salah sikap tindakan, salah paham kesimpulan. Seorang sahabat shaleh keberadaannya tak memuji apalagi berbasa-basi karena ada maunya, kehadirannya bukan untuk mengangguk mengiyakan apa saja ucapan yang keluar dari mulut sahabatnya karena ada kepentingan. Kerjanya bukan hanya membenarkan apa saja yang dilakukan sahabatnya walau jelas tampak kesalahan keburukannya. Sahabat yang shaleh hubungan persahabatan dibangunnya atas dasar pondasi keimanan bukan tonggak kemashlahatan diatas kepentingan perut. Kedekatannya hanya sesaat ketika sahabatnya senang banyak limpahan nikmat, namun ia akan menjauh meninggalkan tatkala kesusahan dan musibah melanda mengimpit sahabatnya. Dunia yang menjadi alasan persahabatannya, maka dunia juga akan memutuskan tali persahabatannya. Persahabatan yang dikumpul disatukan oleh kepentingan pribadi sesaat akan diputuskan juga oleh alasan mereka dipersatukan. Oersajab mereka ibarat air embun diatas daun kelor, hanya singgah sekejap sebelum matahari memanaskan bumi.
Sebuah syair Arab mengingatkan akan arti seorang teman, “Shadiqaka man shadaqaka laa man shaddaqaka.”
“Sahabat sejati-mu adalah yang senantiasa jujur (kalau salah diingatkan), bukan yang senantiasa membenarkanmu.”
Kedua, Sahabat shaleh itu akan selalu mendo’akan sahabatnya disaat sahabatnya tak mengetahuinya. Begitu sayang dan cintanya terhadap sahabatnya ia sering mengingatnya dalam lantunan do’a sirri jauh dari pengetahuan orang lain. Kecintaannya tak hanya ditampilkan dihadapan orang banyak, tapi do’a sirri nya menjawab kemurnian cintanya kepada sahabatnya. Karena ia yakin bahwa do’a sirri nya diaminkan oleh malaikat sambil mendo’akan bagi yang berdo’a. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya do’a seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” (HR. Muslim).
Ketiga, Persahabatan dengan seseorang sahabat shaleh akan menularkan keshalehannya kepada sahabatnya. Kedekatan keduanya meningkatkan iman bukan menurunkan iman. Sering berjumpa dan bersua bukan hanya mempertemukan fisik namun persahabatan dengan sahabat shaleh akan mempertemu mempertautkan hati diantara keduanya. Perjumpaan yang di dorong oleh ketinggian ruh iman, bukan dipersuakan oleh kepentingan dan kemaslahatan. Dan perpisahan yang meningkatkan kualitas iman sebagai bekal berucap dan berprilaku dalam keseharian kehidupannya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membenarkan pengaruh seorang sahabat shaleh terhadap sahabatnya,
“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.[HR. Bukhari dan Muslim].
Memiliki sahabat sebenarnya adalah impian semua orang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri. Butuh orang lain sebagai sahabat, untuk saling melengkapi mencukupi, menyokong menyemangati, membantu menasehati. Sahabat yang meningkatkan kebaikan dan kesehatan jiwa bukan sahabat yang mendorong melakukan keburukan dan menurunkan Imun keimanan.
Mari kita hayati pesan Ali bin Abi Thalib kepada anaknya, “Wahai anakku, jangan sekali-kali engkau memilih orang bodoh sebagai sahabat karibmu, karena ia hanya akan mendatangkan kesulitan bagimu disaat ia ingin menolongmu. Anakku, jangan engkau jadikan orang pelit sebagai sahabat dekatmu, sebab ia akan menjauhkan dirinya darimu disaat engkau sangat membutuhkan bantuan. Anakku, jangan engkau jadikan kawan dekat orang yang berbudi rendah, karena ia akan menjualmu dengan harga yang rendah. Anakku, janganlah engkau berteman dekat dengan orang pendusta, sebab ia sama saja dengan fatamorgarna, mendekatkan bagimu yang jauh dan menjauhkan bagimu yang dekat.”
Punya sahabat itu penting dan kebutuhan dalam kehidupan kita. Memiliki sahabat shaleh itu lebih penting dan harus menjadi kebutuhan seorang muslim. Karena sahabat shaleh itulah sebenarnya sahabat. Ia bukan fatamorgarna yang berlindung dibalik topeng kedustaaannya, ia bukan wujud orang yang berakhlak rendah yang dengan mudah menjual kehormatan sahabatnya, ia bukan orang yang pelit yang hanya mendekat melilit disaat kesusahannya saja, dan ia bukan orang bodoh yang menambah kepahitan diatas kesulitan sahabatnya. Sahabat sebenarnya adalah persahabatan dunia akhirat. Persahabatan yang dilandaskan nilai iman dan takwa. Ia merupakan persahabatan yang dilandasi saling memahami, saling menasihati, dan saling menunjuki kepada kebaikan. Semoga kita mampu menjadi dan menemukan sahabat sebenarnya agar memudahkan jalan menuju Surga.