Oleh : Roni Haldi
Biasanya seseorang akan mendapat pengaruh dalam dirinya ketika melakukan interaksi sosial terutama dengan lingkungan keseharian. Jika lingkungan miliki kecenderungan baik, maka akan bisa membawa seseorang ke arah yang tentunya baik. Begitulah sebaliknya, keburukan perangai seseorang banyak sedikitnya dipengaruhi pengaruh buruk lingkungannya.
Begitulah hendaknya seorang wanita jika dinikahi oleh seorang lelaki baik budinya, sudah barang tentu menularkan kebaikan terhadap istri pasangannya.
(ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلࣰا لِّلَّذِینَ كَفَرُوا۟ ٱمۡرَأَتَ نُوحࣲ وَٱمۡرَأَتَ لُوطࣲۖ كَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَـٰلِحَیۡنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَیۡـࣰٔا وَقِیلَ ٱدۡخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّ ٰخِلِینَ)
“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (Q.S. At-Tahrim 10).
Ternyata, tak selamanya berlaku seperti itu. Sejarah mencatat dua orang istri Nabi. Teman hidup sepenanggungan yang harusnya mendukung menyokong dakwah Nabi yang juga sekaligus suaminya tapi berbanding terbalik. Menolak lagi memusuhi dakwah ilallah dan mendurhakai suami mereka.
Dua wanita itu adalah istri Nabi Luth alaihi salam dan istri Nabi Nuh Alaihi salam.
Nuh alaihi salam adalah nabi yang tercatat telah mendakwahi kaumnya selama 950 tahun. Lama waktu dakwahnya tidak sebanding banyak dengan jumlah orang yang mengikutinya. Begitu berat perjuangan Nuh alaihi salam. Yang lebih sedihnya, orang terdekatnya sendiri; istrinya, tidak mendukung dakwahnya. Dia menentang dengan membantu musuh-musuh dakwah. Setiap kali ada orang yang menyatakan ikut dengan Nabi Nuh as. secara rahasia, istrinya membocorkan rahasia itu kepada para penentang dakwah.
Sementara itu Nabi Luth alaihi salam menghabiskan hidupnya untuk mendakwahi kaumnya yang mempunyai penyakit sosial dan seksual. Kaum lelaki mencintai lelaki, dan kaum perempuan mencintai perempuan. Di tengah kecaman sebagai keluarga yang sok suci, dan ancaman diusir dari negeri itu, ternyata istri Nabi Luth as. sendiri tidak mendukungnya. Setiap kali ada tamu datang menemui Nabi Luth aalaihi salam istrinya selalu memberitahu kepada kaum berpenyakitan itu. Kalau datangnya di malam hari, dia menyalakan api. Kalau datangnya di siang hari, dia membumbungkan asap. Begitulah disyarahkan oleh Imam Muhammad bin Ali Muhammad Asy Syaukani dalam kitab tafsirnya Fathul Qadir jilid 6.
Hidayah itu mutlak dari Allah semata. Namun kehendak Allah takkan bisa dibatasi oleh ketentuan-Nya. Ketentuan bahwa idealnya istri orang shalih harus yang shalihah ternyata tak bisa membatasi kehendak-Nya. Walau hidup serumah dengan suami yang shalih lagi seorang Nabi utusan Allah, tak mampu menghalangi kehendak hidayah jauh dari keduanya. Tatkala khianat kedua istri Nabi tersebut melampaui batas, kesudahannya ditimpakan azab di dunia dan ganjaran neraka di akhirat. Tiada daya upaya kedua Nabi agar mampu meloloskan kedua pendamping hidupnya.
Khianat teman hidup serumah sungguh menyakitkan. Lama masa dijalani banyak rasa saling didapati di terima dalam kehidupan rumah tangga. Siang dan malam dilalui bersama, rupanya keshalehan diri seorang suami tak menjadi tolak ukur keshalehan itu terbawa berpindah kepada istri. Predikat seorang Nabi juga tak menjamin diri bisa berkehendak mengatur hidayah sesuka hati. Sungguh kehendak Allah pasti merubah posisi ketantuan yang berlaku atas segalanya.