Jakarta – Pemerintah lewat Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan ada 3,69 juta pekerja yang mengantongi bantuan langsung tunai (BLT) per 7 September 2020. Penyaluran itu meliputi tahap pertama dan kedua.
Rincinya, penyaluran tahap pertama sebanyak 2,31 juta penerima, atau 92,42 persen dari total data tahap I yang diserahkan BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 2,5 juta.
Kemudian, tahap kedua sebanyak 1,38 juta, atau 46,20 persen dari total data 3 juta. Sepanjang tahun ini, pemerintah menargetkan 15,72 juta pekerja formal yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan akan menerima BLT sebesar Rp600 ribu selama 4 bulan.
Vina (25) merupakan salah satu dari 3,6 juta pekerja tersebut. Ia mengaku telah menerima transfer langsung ke rekening bank miliknya sebesar Rp1,2 juta pada Senin (7/9) lalu.
Terdaftar sebagai pekerja di BPJS Ketenagakerjaan selama 3 tahun terakhir dan tak pernah absen membayar iuran menjadi tiketnya menerima ‘durian runtuh’ di tengah pandemi virus corona ini.
Karyawan di salah satu perusahaan manajemen gedung ini menerima kabar bahwa HRD tempatnya bekerja telah mendaftarkan seluruh pekerja yang memenuhi syarat menerima BLT. Salah satunya, bergaji di bawah Rp5 juta.
Walau memenuhi semua persyaratan, Vina sempat ragu dan tak banyak berharap pada bantuan pemerintah. Maklum, realisasi beberapa program pemerintah dinilai lambat dan amburadul.
Makanya, ia kaget kala mengecek rekening banknya ada dana ekstra Rp1,2 juta di sana. Pas betul transferan dikirimkan kala ia tengah mengambil cuti melahirkan, sehingga uang dapat dibelanjakan untuk kebutuhan buah hatinya.
“Saya pas dapat kabar mau ada BLT lagi hamil 9 bulan, pas kebetulan mau cuti hamil. Awalnya biasa aja, karena belum pasti dapat,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/9).
Namun, program ini dinilai belum sempurna. Bercermin dari masih banyaknya sejawat Vina yang belum menerima bantuan meski bekerja dan didaftarkan pada hari yang sama.
Vina menilai transferan tak merata dan tak punya kepastian. Tapi, ia tak mau banyak mengeluh. Vina memilih bersyukur telah mendapat perhatian pemerintah sebagai pekerja yang selama ini rajin menyetor kewajiban kepada negara.
“Pemerintah memperhatikan karyawan, habisnya kan banyak karyawan yang lagi kondisi ini digaji separuh atau lagi dirumahkan untuk sementara ga digaji,” katanya.
Pekerja lainnya, Rheza Alfian (26) juga menyatakan telah mendapat BLT pekerja dari Kemenaker. Pekerja yang berdomisili di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini pertama mendengar kabar soal BLT pekerja pada 14 Agustus lalu.
Tak lama berselang setelah didaftarkan oleh perusahaannya bekerja, pada 27 Agustus BLT telah cair.
“Bangun tidur saya cek aja, eh tahunya dapet,” ungkapnya.
Dari total Rp1,2 juta tersebut, Rheza mengalokasikan sebanyak Rp400 ribunya untuk membiayai adiknya di pondok pesantren dan Rp200 ribu lainnya untuk kebutuhan orang tuanya.
Sisanya, akan ditabung untuk keperluan mendesak di masa depan. Rheza memilih tak membelanjakan seluruh BLT sekaligus demi mengantisipasi kebutuhan dadakan di tengah pandemi covid-19.
Lebih lanjut, ia menyarankan pemerintah untuk kembali menyisir kebutuhan pekerja lainnya yang belum menerima bantuan dari pemerintah.
Terutama pekerja informal yang tak hanya bergaji minim namun juga haknya kerap ditinggalkan. Apalagi, uang tunai memang yang paling dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
“Menurut saya pekerja informal juga perlu diperhatikan, yang penghasilannya dari harian, macam ojek online dan pedagang kaki lima,” usulnya.
Menurut Rheza, jika uang tunai diberikan kepada pekerja formal yang tengah kesusahan, uang akan segera dibelanjakan. Sehingga daya beli pun bakal terungkit.
“Kalau tujuan pemerintah untuk menaikkan daya beli, saya kira pekerja informal sasaran yang tepat untuk dapat bantuan ini,” pungkasnya.