BLANGPIDIE – Kabupaten Aceh Barat Daya adalah “Kota Dagang” dan juga sebuah daerah yang konsen di bidang Pertanian, tidak salah jika Abdya dijuluki dengan sebutan “Bumoe Breuh Sigupai”.
Hal tersebut diungkapkan Hj. IIliza Sa’aduddin Djamal, SE pada saat pembukaan Musyawarah Cabang Partai Persatuan Pembangunan (Muscab-PPP) Kabupaten Aceh Barat Daya ke-IX di kabupaten tersebut, Rabu (02/03/2022).
Pengurus DPP yang juga merupakan Anggota DPRI Asal Aceh itu mengibaratkan Kabupaten Abdya seperti seorang putri cantik yang senantiasa ramai memikat hati para lelaki.
“Dimana, saya tau pak Bupati Abdya sangat antusias untuk menghidupkan sektor pertanian, sepanjang jalan kita melihat sawah terbentang luas. Pemandangan yang sangat sejuk, konon lagi kalau kita berkunjung ke tempat-tempat wisatanya, dengan demikian tidak salah jika Abdya itu diibaratkan seorang putri cantik yang molek dan mampu memikat hati para lelaki,” ucap Hj. IIliza Sa’aduddin Djamal.
Belum lagi dengan sejarah eroik Teungku Peukan, lanjut Bunda Illiza. Karena memang sejarah eroiknya saat berjuang melawan kolonial Belanda itu dilakukan di Abdya oleh Teungku yang juga merupakan seorang Ulama yang mempunyai komitmen tinggi terhadap Agama dan mampu menumpas dan mengusir penjajah.
“Karena Abdya ini memang daerah dagang, atas dasar sejarah perjanjian Tratak London yang sama-sama diketahui, kita memang dibolehkan untuk berdagang ke Turki, Inggris dan ke negara lainnya itu sampai saat ini dipegang kuat oleh rakyat Aceh pada umumnya,” papar Bunda Illiza, jika di tengah masyarakat Kabupaten Simeulue ia akrab disapa sebagai ‘Putri Simeulue’.
Ia juga menceritakan, bahwa selain Kota Dagang, masyarakat Abdya juga sangat taat kepada Agama Allah, tidak heran jika di Abdya itu banya pondok pesantren dan Dayah, konon lagi tokoh perjuangan Abdya itu seorang Ulama yakni Teungku Peukan.
“Banyak cara yang kita harus jalankan, bagaimana Teungku Peukan itu bersiasah melawan kolonial Belanda. Begitulah siasah politik, sebelum berperang beliau (Teungku Peukan) berdoa dan bermunajah kemudian berjalan sampai 20 km dengan seluruh pasukannya, anak beliau sendiri yang mengumandangkan takbir sepanjang perjalanan. Belanda terus memancing kemarahan Teungku Peukan, namun beliau tidak terpancing sampai Belanda menyita dan memungut pajak, begitu sejarah perjuangannya,” papar Bunda Illiza.
Pada kesempatan tersebut, IIliza Sa’aduddin Djamal juga mempertanyakan bahwah, apakah cerita perjuangan Teungku Peukan masih melekat di hati masyarakat Abdya, masih bisa menjadi spirit perjuangan yang melanjutkan perjuangan beliau sebagai ulama pewaris para Nabi.
“Apakah perilaku para kader, simpatisan PPP Abdya dalam membangun partai dengan cara yang telah dilakukan orang-orang terdahulu atau hanya sekedar melihat saja hal-hal yang dilarang Allah, tidak mau ambil sikap dan bersuara, itu kembali ke kita masing-masing,” imbuhnya.
Setelah pembukaan Muscab ke-9 PPP Abdya itu, IIliza Sa’aduddin Djamal didampingi suami tercinta Ir. Amir Ridha dan rombongan berziarah ke makam pahlawan Teungku Peukan dan bersilaturrahmi ke Ponpes Dayah Manyang Puskiyai Lembah Sabil.
Reporter: Rusman