Lhokseumawe– Teungku Ahmad Subhan, seorang ulama di Kota Lhokseumawe memberikan dukungan kepada Bustami Hamzah-M. Fadhil Rahmi. Ulama yang juga pengurus PCNU Kota Lhokseumawe tersebut melihat paslon nomor urut 1 tersebut memiliki banyak kelebihan.
Dalam pertemuan di Sekretariat Rumah Kita Bersama (RKB) di Jalan Ahmad Kandang, Kota LHokseumawe, Jumat (28/9/2024) Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Mukhlisin, Meunasah Mesjid, Muara Dua, LHokseumawe, menerangkan bahwa ia ingin Melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh allahyarham Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop).
Teungku Ahmad Subhan di depan ratusan warga menjelaskan ia merupakan murid Tu Sop. Selama Tu Sop masih hidup, dirinya intens berkomunikasi.
Ia menjelaskan bahwa Tu Sop benar-benar tulus dalam membangun Aceh. Sehingga bersedia turun ke gelanggang. Saat itu Tu Sop melihat bahwa Bustami Hamzah juga punya komitmen yang sama. Kelebihan Bustami Hamzah memiliki pengetahuan dan keahlian dalam pembangunan.
Namun takdir berkata lain. Ayah Sop meninggal dunia di tengah penantian rakyat Aceh yang haus perubahan ke arah lebih baik.
Teungku Ahmad Subhan juga menjelaskan pengganti Tu Sop juga bukan orang sembarangan. Syeh M. Fadhil Rahmi,Lc, merupakan alumnus Universitas Al Azhar Cairo, Mesir.
Universitas Al-Azhar Mesir merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri yang terkenal sebagai pusat kajian sastra Arab dan pengkajian Sunni berkaliber dunia. Universitas Islam tersebut telah berdiri sejak 970. Kini usianya telah mencapai 1054 tahun.
Sebagai alumnus universitas Islam terbesar di dunia, Syeh M. Fadhil Rahmi menguasai tafsir hadis dan Alquran. Bukan hanya itu, ia juga menguasai banyak cabang ilmu di dalam kajian keislaman.
“Jadi saya perlu memperkenalkan Syeh Fadhil kepada bapak dan ibu sekalian. Beliau seorang ilmuan yang ada di Aceh. Beliau sangat menguasai ilmu hadis dan ilmu Alquran,” kata Teungku Ahmad Subhan.
Ia juga menerangkan sedikit ribut-ribut soal tes uji mampu baca Quran yang digelar KIP Aceh. Teungku Subhan menerangkan, hasil yang ia dapatkan, bahwa mengapa semua dinyatakan lulus, karena saat itu, antara Bustami Hamzah, Muzakir, Manaf, Fadhullah (Dek Fadh) dan Tu Sop, hanya Tu Sop yang memenuhi syarat. Sehingga demi kemaslahatan, diumumkan bahwa semuanya lulus uji mampu baca Quran.
Pada kesempatan itu, Teungku Subhan juga mengatakan, hubungan antara gubernur dan wakil gubernur, seperti sopir dan kernet. Dalam konteks penguasaan syariat boleh saja sopir kurang paham. Itulah fungsinya kernet, sebagai pemberi peringatan, dan teman dalam perjalanan.
“Ibarat bapak dan ibu suami istri dalam perjalanan. Istri tidak boleh tidur, demi menjaga suami yang menyetir. Kalau kernet selalu tidur, maka tak ada yang memberitahu sopir bila mobil telah salah jalan. Demikian perumpamaan antara Bustami dan Fadhil Rahmi. Pak Bus boleh tak menguasai banyak soal isu syariat, karena ada Syeh Fadhil yang menjaga.
Di sisi lain, Bustami merupakan mantan birokrat yang sangat memahami tata kelola pemerintahan, mengerti secara mendalam tata kelola keuangan, dan memiliki jaringan luas ke Pemerintah Pusat.
Kombinasi antara Bustami dan Fadhil Rahmi merupakan yang paling pas untuk Aceh yang masih tertinggal dalam banyak sektor. Bustami membangun ekonomi untuk mensejahterakan rakyat, Syeh Fadhil mengawal pembangunan syariat Islam supaya rakyat selamat di akhirat.