BANDA ACEH – Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Dr Hizir dan Koordinator Program Studi Doktor Pendidikan IPS, Dr Muhammad Aulia, MTESOL MA menyambut kedatangam Dr Erlina Wiyanarti MPd di Aula S-3 Pendidikan kamlus setempat, Selasa (21/11/2024).
Ia merupakan Bendahara Asosiasi Program Studi Pendidikan IPS Indonesia (APRIPSI) yang juga Ketua Prodi Studi S2 dan S3 Pendidikan IPS Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.
Kedatangan Bendahara APRIPSI, Dr Erlina untuk menjadi narasumber pada sebuah kuliah tamu berskala nasional sebagai bagian dari Milad Sekolah Pascasarjana USK yang ke-22.
Koordinator Program Studi Doktor Pendidikan IPS, Dr Muhammad Aulia mengatakan, topik yang disampaikan Dr Erlina yakni, pembelajaran IPS dalam perspektif human-science friendship di era digital.
Direktur Sekolah Pascasarjana USK, Prof Hizir menyampaikan, bahwa revolusi 4.0 dengan Internet of Things merupakan sebuah keniscayaan yang seharusnya teknologi dapat membawa perubahan positif.
“Perubahan ke depan terus berkembang dan mengarah pada revolusi society 5.0 dimana digitalisasi serta otomatisasi akan lebih masif lagi,” kata Prof Hizir.
Dikatakannya, kuliah tamu ini merupakan sebuah pertemuan yang sudah direncanakan dimana Perjanjian Kerja Sama (Memorandum of Agreement) antara Fakultas Pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia dan Sekolah Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Sedangkan Pelaksanaan Kerja Sama (Implementation Arrangement) langsung disahuti dengan kegiatan kuliah tamu ini.
Lebih lanjut ungkap Prof Hizir, beberapa hal yang menjadi kegiatan kerja sama yang potensial adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia (upskilling and reskilling), publikasi bersama, menjadi ko-promotor serta penguji promovendus, dan kelas kerja sama.
“Banyak hal yang diperoleh dalam kuliah tamu ini, beberapa poin besar adalah terciptanya diskursus Global Education 2030 yang di dasari oleh Beijing Consensus 2019, World Economic Forum 2020 dengan kecerdasan buatan dan pembelajaran seumur Hidup untuk semua, forum UNESCO terhadap pendidikan Inklusif,” ucap Ptof Hizir.
Sementara itu, Dr Erlina menyampaikan, kita adalah makhluk sosial harus bekerja sama yang membedakan antara mesin dan makhluk hidup.
“Ada tanggung jawab sosial, nilai, dan etika dalam penggunaan teknologi, serta Hubungan antara manusia dan mesin harus didasari oleh fungsi dan emosi menjadi faktor penting, yang tidak dimiliki oleh teknologi,” ungkap Dr Erlina.
Ditambahkannya, manusia harus bisa menggunakan dan mengendalikan teknologi dengan sisi kemanusiaan yang kita miliki.
Hal ini sambungnya lagi, menjadi faktor penentu karena teknologi bisa membawa keberkahan dan juga bisa membawa malapetaka.
Kuliah tamu ini kemudian ditutup dengan foto bersama dan penyerahan plakat dari dua belah pihak.