Oleh Fifi Desi Maharani. Penulis adalah mahasiswi Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Lingkungan yang bersih merupakan kunci utama untuk menciptakan kehidupan yang sehat dan nyaman. Sayangnya masih banyak tempat, termasuk di Aceh masalah kebersihan masih menjadi masalah yang membutuhkan perhatian bersama. Pembangunan lingkungan yang lebih bersih tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, akan tetapi juga dari partisipasi masyarakat, khususnya pemuda.
Sebagai generasi penerus, pemuda memiliki potensi yang sangat besar untuk menciptakan perubahan, termasuk dalam membentuk lingkungan yang sehat dan bersih. Dengan jiwa-jiwa yang dinamis dan ide-ide yang kreatif, pemuda dapat menjadi penggerak utama dalam membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Kesadaran kolektif merupakan sebuah konsep pemahaman yang merujuk pada pengetahuan, ide, sikap, dan kepercayaan bersama yang mendorong tindakan bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks Pembangunan lingkungan yang lebih bersih, kesadaaran ini penting bagi seluruh pihak, baik dari individu, maupun komunitas dalam berkontribusi menjaga dan merawat lingkungan. Peran pemuda sangat penting dalam menciptakan dan menyebarkan kesadaran ini melalui aksi nyata, inovasi, dan kolaborasi.
Pemuda Sebagai Penggerak Utama
Pemuda sering kali disebut sebagai ujung tombak dari sebuah perubahan. Kreativitas dan semangat tinggi yang mereka miliki mampu menggerakkan perubahan di dalam masyarakat. Salah satu kemampuan dan kekuatan yang dimiliki pemuda adalah dalam memanfaatkan teknologi dan media sosial. Kampanye kebersihan lingkungan yang dilakukan melalui platform digital mampu menjangkau dan menginspirasi lebih banyak orang untuk berperan aktif dalam membersihkan lingkungan. Selain itu pemuda juga memiliki relasi yang kuat, baik di dalam maupun di luar daerah. Hal ini memungkinkan untuk membantu mereka dalam menggalang dukungan serta sumber daya untuk melaksanakan program kebersihan.
Aksi Nyata Pemuda dalam Kebersihan Lingkungan
Kisah inspiratif pemuda dalam aksi peduli lingkungan datang dari Kota Bandung, sebagaimana yang dilansir dari detikJabar, terdapat satu komunitas pemuda yang bernamakan Pandawara Group. Mereka beranggotakan lima orang pemuda, yaitu Ikhsan Destian, Gilang rahma, Muhammad Rifqi, Rafly Pasya, dan Agung Permana. Terbentuknya Pandawara terjadi karena keresahan akan tempat tinggal mereka yang seringkali terdampak banjir akibat menumpuknya sampah.
Aksi heroiknya dalam membersihkan sampah acap kali mendapatkan apresiasi dari masyarakat dan pegiat lingkungan yang sering menyuarakan isu-isu kebersihan dan kesehatan lingkungan. Salah satu contohnya ketika Pandawara membersihkan salah satu pantai terkotor di Indonesia yaitu pantai Sukaraja yang terletak di Lampung. Dalam menjalankan aksinya Pandawara mengajak masyarakat Lampung dan organisasi lingkungan untuk turut andil dalam membersihkan pantai Sukaraja.
Kisah inspiratif pemuda yang peduli akan lingkungan juga datang dari Aceh. Banyak komunitas pemuda di Aceh yang peduli akan kebersihan lingkungan, tetapi masi banyak yang belum tersorot oleh media. Dilansir dari acehprov.go.id aktivis lingkungan di Banda Aceh yang tergabung dalam tiga komunitas lingkungan, yakni Green Leader Indonesia (GLI), Green Youth Movement (GYM), dan Green Student Movement (GSM), menggelar aksi pungut sampah di Taman Ratu Safiatuddin Lampriet, Banda Aceh.
Aksi yang bertemakan ”Ngabuburit Sambil Bersih Sampah” diprakarsai oleh 84 siswa dan mahasiswa, serta beberapa pemuda lainnya tersebut, turut mendapat dukungan dari beberapa lembaga lingkungan, termasuk Walhi Aceh, Kamikita, Institut Hijau Indonesia, dan DLHK3 Kota Banda Aceh.
Menurut Mushthafa Habli, Koordinator Lapangan (Korlap), aksi yang mereka lakukan merupakan aksi yang sangat penting karena masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
“Tidak hanya memberikan dampak positif secara visual dengan membersihkan Taman Ratu Safiatuddin Lampriet dari sampah, tetapi juga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan bagi kehidupan berkelanjutan di masa depan,” demikian kata Mushthafa.
Selain itu aksi lingkungan juga dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HIMATL) pada Kilometer Nol Kota Banda Aceh. Kegiatan yang mereka lakukan berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 312,36 kilogram. Setelah pengutipan, sampah itu dipilah berdasarkan 3 kategori yaitu, organik, anorganik, dan residu.
Setelah dipilah sampah itu dibawa ke TPA terdekat berdasarkan jenisnya dengan angkutan sampah yang telah disediakan oleh DLHK3 Banda Aceh. Tidak hanya mengumpulkan sampah, tetapi mereka juga menanam sebanyak 30 bibit pohon.
Membangun Kesadaran Kolektif
Kesadaran kolektif tidak hanya muncul melalui kampanye kebersihan atau aksi nyata semata. Akan tetapi, juga melalui penyampaian pesan yang inspiratif dan menyentuh hati. Kesadaran kolektif bisa ditumbuhkan melalui nilai-nilai seni atau kearifan lokal. Pemuda Aceh sering menggunakan media seni dan budaya sebagai alat untuk menyampaikan pesan kebersihan lingkungan.
Dalam Jurnal Seni Budaya Vol. V No. 2 Agustus 2019, menjelaskan bahwa kebudayaan Aceh sudah di atur dalam Qanun No.12 Tahun 2004, pada pasal 4 menyebutkan bahwa kebudayaan Aceh berfungsi untuk memperkokoh hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Berdasarkan pasal 4 tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai seni dan kearifan lokal mampu memperkokoh hubungan antar manusia, yang mana hal ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran kolektif bagi masyarakat.
Tantangan Yang Dihadapi Oleh Pemuda Dalam Aksi Lingkungan
Meski pemuda memiliki potensi yang besar dalam menyuarakn pembangunan lingkungan yang lebih bersih, akan tetapi mereka juga menghadapi tantangan yang cukup sulit. Salah satu tantangan terbesar mereka adalah rendahnya kesadaran serta tingkat partisipasi masyarakat dalam program kebersihan lingkungan. Sebagian Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa kebersihan lingkungan bukan tanggung jawab pribadi, melainkan tugas pemerintah semata.
Selain itu, keterbatasan fasilitas, seperti tempat pembuangan sampah yang kurang memadai juga menjadi kendala. Di beberapa daerah, sampah seringkali di bakar atau bahkan dibuang ke sungai, yang kemudian mencemari lingkungan lebih luas.
Kurangnya dukungan dana juga menjadi tantangan utama. Banyak inisiatif pemuda yang membutuhkan biaya, seperti pengadaan alat kebersihan atau pembangunan fasilitas pengelolaan sampah. Tanpa dukungan dari pemerintah maupun lembaga swadaya program-program seperti ini sulit dilakukan.
Solusi dan Dukungan Untuk Pemuda
untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemuda Aceh perlu membangun kolaborasi yang erat dengan berbagai pihak. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, serta pihak swasta dapat menjadi mitra yang sesuai bagi para pemuda untuk mendukung mereka dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Pemuda juga perlu menggunakan teknologi untuk menggalang dukungan, baik itu partisipasi masyarakat atau melakukan kampanye melalui platform digital untuk penggalangan dana.
Inspirasi Untuk Masa Depan Aceh Yang Bersih
Inisiatif yang dilakukan oleh para pemuda Aceh dan komunitas peduli lingkungan seperti Sahabat Hijau, Green Leader Indonesia (GLI), Green Youth Movement (GYM), dan Green Student Movement (GSM), membuktikan bahwa dengan berkolaborasi dan turun langsung kelapangan, kita bisa membangun kesadaran kolektif bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan berdampak besar bagi masa depan lingkungan dan keberlanjutan hidup manusia. Dengan semangat, kreativitas, dan kerja keras, pemuda Aceh mampu menjadi motor penggerak dalam pembangunan lingkungan yang lebih bersih.
Kesimpulan
Para pemuda Aceh memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi motor penggerak dalam pembangunan lingkungan yang lebih bersih. Melalui aksi nyata, kolaborasi, serta inovasi, mereka mampu menciptakan kesadaran yang kolektif sehingga mampu mendorong seluruh masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Dengan dukungan dari semua belah pihak, Aceh dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam hal pengelolaan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.