BANDA ACEH – Badan Penanggulangan Bencana Alam (BPBA) mencatat bencana Alam yang terjadi di Aceh Periode Januari-Maret sebanyak 79 kali kejadian menelan korban jiwa 3 orang dengan prakiraan kerugian mencapai 80 Miliar rupiah. Kebakaran pemukiman masih mendominasi yakni sebanyak 36 kali membakar 126 rumah. Jumlah kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran mencapai 26.5 miliar rupiah.
Ini Rincian jumlah kejadian bencana di Aceh selama periode Januari-Maret Tahun 2025:
1. Kejadian : 79 kejadian bencana di Aceh sejak Januari hingga Maret;
2. Korban Jiwa : 3 orang Meninggal Dunia (akibat banjir dan longsor);
3. Tujuh orang Luka-luka dan 4.202 KK/9.407 jiwa terdampak bencana. Jumlah pengungsi sebanyak 232 orang serta 1.343 rumah terdampak;
3. Banjir juga masih intens terjadi yakni sebanyak 19 kali berdampak pada 1.191 rumah dengan prakiraan kerugian 48 miliar rupiah;
4. Kebakaran Hutan dan Lahan terjadi 7 kali membakar 20 Hektar Lahan dengan prakiraan kerugian 2.8 miliar rupiah;
5. Longsor terjadi sebanyak 12 kali merusak 10 rumah warga dengan total kerugian yang dialami sebanyak 1.3 miliar rupiah;
6. Angin Puting Beliung terjadi 2 kali kejadian berdampak pada 8 rumah dan satu sekolah dengan prakiraan kerugian mencapai 1.5 miliar rupiah;
7 . Gempa bumi terjadi 2 kali kejadian dengan magnitudo rata-rata Magnitudo 5,2 SR, pukul 10.22 WIB lokasi 4.92 LU, 94.63 BT dan yang kedua kali berkekuatan 5,4 SR hari minggu, pukul 9:58 WIB kedalaman 18 km timur laut kota Banda Aceh;
8. Abrasi terjadi hanya 1 kali berdampak 8 rumah rusak berat milik 8 KK/42 jiwa;
8. Semua bencana juga berdampak pada 3 sarana pendidikan dan 2 sarana ibadah. Berdampak pula pada 20 ruko (bangunan lainnya), 3 jembatan, 50 hektar lahan akibat kebakaran hutan dan lahan 20 hektar sawah akibat banjir dan longsor.
Plt. Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Nara Setia, SE.Ak.,M.Si mengimbau masyarakat agar menjaga alam, khususnya terkait Karhutla. Warga diminta tidak mengekploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna mencegah banjir dan longsor juga Karhutla.
“Pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami imbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan,” sebut Nara.
Kedepan, BPBA akan terus berusaha meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana alam maupun non alam. Seluruh elemen masyarakat diharapkan merespon kejadian bencana secara komprehensif karena pada hakikatnya ‘bencana adalah urusan bersama.’
“Kami terus berupaya agar BPBA bersama semua unsur Pemerintahan dan Masyarakat Aceh terus berupaya dalam peningkatan mitigasi bencana agar jumlah kejadian bencana dapat terus turun dari tahun ke tahun” ungkap Nara.
Dalam upaya pengurangan risiko bencana Nara juga berharap nantinya terwujudnya sebuah langkah pemberdayaan masyarakat yang akan berfokus pada kegiatan partisipatif dalam melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat/komunitas yang mampu mengelola lingkungan dan mengurangi risiko bencana serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh nantinya.