PARLOK tak berkutik di Aceh Besar. Pasalnya, kebijakan politik di DPRK Aceh Besar sedang diarahkan ke perseteruan Parlok versus Parnas. Dan Gerindra yang melabelkan diri ‘mitra abadi’ Partai Aceh pun bergeser serta lebih nyaman dalam pelukan PAN.
Tinggallah PA, PDA dan PNA, yang terpaksa gigit jari.
Beda kubu antara Gerindra dengan Partai Aceh, sebelumnya terjadi di Aceh Selatan. Gerindra lebih mendukung petahana daripada kandidat yang diusung PA pada pilkada 2017 lalu.
Di kabupaten Aceh Barat, Gerindra membangun poros tengah. Padahal, Ketua Gerindra Aceh Barat Banta Puteh Syam, merupakan wakil bupati yang berpasangan dengan Ramli MS, yang diusung oleh Partai Aceh.
Kabar serupa juga dikabarkan berhembus di Pidie Jaya dan Lhokseumawe.
Padahal, dua pemilu sebelumnya, TA Khalid dengan gagah berdiri di atas panggung. Ia meminta pengurus Gerindra memilih caleg PA.
Kontan penyataan TA Khalid ini mendapat respon dari media massa dan masyarakat. Ia juga dicerca oleh para kader Gerindra di Aceh. Pernyataan tersebut, saat itu, dianggap tak logis karena Gerindra memiliki kader sendiri untuk diusung ke DPRK dan DPRA.
Saat itu, Gerindra belum memiliki banyak kursi di DPRK dan DPRA. Sementara Partai Aceh masih jadi penguasa.
Penolakan terhadap Gerindra dan Prabowo juga sangat kuat di Aceh pasca awal-awal damai. Namun PA berhasil memoles Gerindra sebagai mitra koalisi.
Tapi keadaan kini berbeda. Tiga pemilu telah berlalu. Perolehan kursi Gerindra melejit drastis untuk DPRK dan DPR Aceh di Pileg 2017. Di beberapa kabupaten kota, seperti Banda Aceh, Aceh Tenggara, dan Aceh Tamiang, kursi Gerindra malah lebih dominan dari Partai Aceh.
Kabupaten lainnya juga mengalami peningkatan. Sementara kursi PA justru menurun meski kursi pimpinan masih di tangan.
Kembali ke Aceh Besar, ada lima fraksi di DPRK Aceh Besar. Fraksi PAN turut bergabung Nasdem dan PBB, serta Gerindra. Kemudian Fraksi Golkar-Demokrat yang juga bergabung PKB, Fraksi PKS, Fraksi PA, serta PDA-PNA.
“Mereka mau dorong koalisi Parnas versus Parlok. Kita Parlok tidak terlalu interest dengan koalisi. Karena kita pun tidak bisa dapat AKD. Jadi yang bisa kita lakukan saat ini adalah memilih pimpinan AKD yang berkualitas dan berkapasitas,” kata Ketua Fraksi PA DPRK Aceh Besar, Juanda Djamal kepada atjehwatch.com, Jumat pagi 6 September 2019.
Sementara itu, anggota DPRK Aceh Besar, Khubbie El Risal, yang dihubungi atjehwatch.com, menolak mengomentari persoalan ini.
“Langsung ke ketua aja bg,” tulis Khubbie di WA.
Hal yang sama juga berlaku saat atjehwatch menghubungi anggota DPRK dari Gerindra lainnya.[]