BANDA ACEH – Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Usamah El-Madny, memberikan kuliah umum di kampus STAI Tgk Chik Pante Kulu dengan tema menata perguruan tinggi berbasis dayah dan kearifan local. Acara ini berlangsung di Aula Kampus STAI Tgk Chik Pante Kulu, Banda Aceh, Senin 9 September 2019.
Kata Usamah, dayah merupakan lembaga pendidikan tertua di nusantara. Kiprah dan kontribusi sistem pendidikan dayah sudah eksis dalam mentransfer ilmu kepada masyarakat sebelum adanya pendidikan formal seperti sekarang ini.
Katanya, pendidikan dayah-dayah berawal dari sudut-sudut masjid hingga dayah mempunyai tempatnya sendiri, untuk itu bukanlah sesuatu yang mustahil jika perguruan tinggi nantinya melahirkan metode belajarnya adalah berbasis dayah.
Usamah menjelaskan, kehadiran alim ulama ditengah-tengah masyarakat merupakan kebutuhan mutlak. Hal ini dikarenakan ulama sangat berperan dalam mentransmisikan dan mengaktualisasikan ajaran agama sejalan dengan perkembangan zaman. Apalagi dalam masyarakat Aceh, alim ulama berpengaruh besar dalam mengarahkan kehidupan keagamaan masyarakat.
“Peran ulama dalam kenyataannya tidak dapat diasingkan dari perkembangan masyarakat yang terus berubah. Ini juga soal tuntutan kualitas keulamaan yang sesuai dengan tantangan zaman. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita semua memperkuat lembaga perguruan tinggi dimana proses belajarnya berbasis dayah, yaitu adanya mengkaji kitab-kitab seperti yang diajarkan di dayah,” ujar Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Usamah El Madny.
Menurutnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan berbagai fasilitas kehidupan yang memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat, arus informasi yang begitu cepat kita khawatirkan dapat mempengaruhi peradaban bangsa. Sebuah bangsa itu identik dengan menjaga peradabannya. Sebuah komunitas bila dikatakan atau diakui sebuah bangsa itu memiliki peradaban .
“Ada beberapa catatan Antropologi Ibnu khaldun dimana sebuah bangsa hancur karena hilangnya peradaban, Peradaban identik dengan personal identity dan sebuah jati diri sebuah bangsa. Eksistensi sejarah di Aceh akan ditopang kuat oleh fakta-fakta, begitu sebaliknya yaitu eksistensi sebuah peradaban bangsa akan lemah jika ditopang oleh mitos-mitos. Kita punya peradaban besar dimana memiliki fakta sejarah, akan tetapi sejarah itu terus menerus akan kehilangan jati dirinya jika tidak dirawat, sehingga menjadi sebuah mitos bagi anak cucu kita,” ujar Usamah El Madny. []