IRWANDI sadar bahwa ia ditargetkan masuk penjara sejak 2015 lalu. Atas dasar itu, ia ingin menggandeng Mualem sebagai wakil di Pileg 2017. Jikapun kemudian Irwandi masuk penjara, ada Mualem yang melanjutkan cita-cita semasa konflik. Semangat itu tak pernah pudar. Irwandi pun bisa mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada sosok wakil idamannya tersebut sehingga di 2022 akan jauh lebih siap.
Saat itu, Irwandi mengaku akan pensiun dan melanjutkan target kedua dari tahapan yang harus ditempuh Aceh saat damai.
“Sebandel-bandelnya kombatan di PNA, mereka masih menghormati Mualem sebagai panglima mereka. Namun Mualem sendiri mengaku sudah jera dengan posisi wakil. Tak bisa berbuat apa-apa. Sementara tanggungjawab paling besar berada di pundaknya,” ujar sumber atjehwatch.com, Jumat malam 14 September 2019.
Harapan Irwandi sirna. Mualem lebih memilih TA Khalid. Sedangkan Irwandi akhirnya memutuskan meminang Nova Iriansyah untuk mendapatkan dukungan Pusat. Dengan begitu, militer dan Polri akan mengikut arahan Pusat.
Kekuatan Mualem hanya tinggal KPA. Peluang terbuka saat Apa Karya dan Doto Zaini juga ingin meramaikan Pileg 2017. Irwandi secara diam-diam mensupport keduanya agar barisan pendukung Mualem pecah. Salah satunya dengan menyerahkan fotocopy KTP miliknya kepada tetua perjuangan tadi.
Karena bagi Irwandi, hanya dengan mengalahkan Mualem, Sang Panglima akan mendengarkan nasehatnya soal grand desain yang sedang disusunnya untuk Aceh. Minimal Ikrar Lamteh tak terulang.
Cita-cita Irwandi tercapai. Ia dan Nova Iriansyah dinyatakan menang di Pilkada 2017 lalu. Langkah kedua yang dilakukannya adalah mendekati orang-orang terdekat Mualem untuk rekonsiliasi. Namun upaya tersebut ternyata tak mudah. PA dan KPA belum terbiasa menjadi orang kalah.
“PNA pun terlalu latah saat jadi orang menang. Ribut masalah proyek hingga pertengkaran sesama terjadi. Mungkin karena mereka terlalu lama berpuasa. Lobi proyek terjadi di muka umum,” cerita sumber tadi lagi.
Maka gerilya tim untuk memenuhi harapan pendukung di lapangan pun dilakukan. Di sisi lain, Irwandi sadar bahwa ia berada di ujung ketakutannya sendiri. Ia tetap akan dijebloskan ke penjara dengan sangkaan yang bisa dibuat kapanpun serta kasus apapun.
Ketakutan Irwandi terbukti. Ia akhirnya tertangkap KPK belum setahun kepemimpinannya untuk periode kedua kalinya. Seluruh Aceh mencaci Irwandi, bahkan dari pendukungnya sendiri.
“Mungkin (yang mencaci-red) mereka yang belum merasakan jadi orang menang. Atau menang rasa kalah. Ini membuat Irwandi terluka.”
“Bagi Irwandi, ditangkap karena makar saat konflik, beda rasanya dengan ditangkap karena korupsi. Apa yang dilakukannya tok untuk memenuhi permintaan kebutuhan di lapangan,” ungkap sumber yang tak mau disebutkan namanya ini.
Kondisi ini membuat Irwandi terpuruk. Berbagai informasi ia terima dari dalam sel. Termasuk informasi rencana kudeta tak berdarah dari tubuh PNA itu sendiri.
“Padahal Irwandi juga sadar bahwa PNA juga perlu diselamatkan. Ia akan ‘lama’ dalam sel mengingatkan rencana itu sudah didengar sejak 2015 lalu. Ia sudah mempersiapkan diri sejak lama. Namun kalut dan ketakutan tetap masih ada.”
Saat itu, kata sumber tadi, semua berpikir PNA selesai. Nasib PNA akan berakhir di 2019 sama dengan kondisi Irwandi yang masuk penjara. Namun kerja keras Tiyong Cs justru membalikan prasangka tadi. Dari 3 kursi di DPR Aceh, kini PNA justru mendapatkan 6 kursi. Di Aceh Selatan, PNA menjadi pemenang dan meraih kursi pimpinan DPRK. Demikian juga dengan sejumlah kabupaten lainnya.
“Tiyong itu orang paling setia. Ia yang membela Irwandi habis-habisan di DPR Aceh. Meskipun kadang-kadang lepas control di media social.”
Pertengahan tahun ini, informasi kudeta di PNA kembali berhembus di telinga Irwandi. Kabarnya untuk merebut posisi Wagub Aceh. Irwandi divonis, Plt jadi gubernur dan sang perancang, versi pembisik itu, sedang bercita-cita jadi Wagub.
“Di sini kemudian muncul keinginan Irwandi menyingkirkan Tiyong. Di sisi lain, Irwandi juga sadar, hanya Tiyong yang mampu menyelamatkan PNA kedepan. Maka SK pemberhentian Tiyong dan Miswar Fuady dibuat.”
Kini giliran Tiyong dan Miswar yang kecewa. Sikap loyalnya terhadap Irwandi dibalas dengan pemberhentian.
Irwandi memasukan nama Darwati sebagai ketua harian. Dengan harapan, meskipun Darwati ketua harian, kebijakan dan komando tetap di tangan Irwandi. Sementara untuk Sekjed ditunjuk Syech Muharram. Karena bagi Irwandi, hanya Syech Muharram yang mampu menjaga Darwati di PNA. Meskipun Irwandi dan Syech Muharram sering beda pendapat. Yang paling penting, Muharram juga memiliki kedekatan khusus dengan Mualem. Ini jadi jembatan penghubung di 2022 nanti.
Karena bagi Irwandi, tokoh perekat yang tersisa adalah Mualem. Wakilnya diharapkan dari PNA. Misi ini yang diembankan oleh Syech.
Tapi bagi Tiyong, kata sumber ini, PNA harus tetap hidup dan besar. PNA itu milik seluruh kader di Aceh. Ketidakpercayaan Irwandi kepada loyalisnya, termasuk dirinya sendiri, adalah masalah besar yang akan muncul di kemudian hari.
Bagi Tiyong, kata sumber, Irwandi terlalu memikirkan hal yang jauh kedepan. Tapi Irwandi justru melupakan alasan-alasan PNA itu lahir. Kebijakan Irwandi justru mematikan benih yang baru disemai untuk Aceh.
Tiyong sendiri sudah bergabung dalam KAB jilid II, sebahagian dari cita-cita Irwandi, agar PA-PNA memiliki tujuan yang sama meskipun berada di mesin politik yang berbeda.
Maka untuk meluruskan persoalan digelarlah Kongres Luar Biasa. Ketakutan Irwandi akan masa depan Aceh dijawab Tiyong dengan mengobarkan semangat kader.
“Ini kemudian yang membuat para loyalis lainnya sepakat dengan Tiyong. Sel tahanan kadang membuat Irwandi kalut. Tiyong Cs sebenarnya hanya ingin memberi isyarat, ‘jangan takut bang. Masih ada kami yang sayang ke PNA sama sepertimu.”
Irwandi seolah tak percaya ketika nama Falevi Kirani, Tarmizi, MTA, Abrar, ternyata justru mendukung Tiyong Cs. Falevi loyalis sejati Irwandi. Mereka satu rutan saat konflik. Periode pertama gubernur, keduanya saling melengkapi. Saat Irwandi kalah di 2012, mereka masih sering diskusi.
“Kekecewaan ini yang kemudian muncul surat pemberhentian terhadap Falevi dan Waktar. Waktar itu konseptor. Mungkin maksud Irwandi, dengan menjegal keduanya, KLB tak akan terlaksana. Tapi tak mudah mematahkan kedua.”
Darwati sendiri tak tertarik dengan adu catur yang sedang dimainkan Irwandi versus Tiyong. Ia ingin semua baik-baik saja.
“Makanya, Darwati pernah mengatakan mundur dari ketua harian. Kemudian islah dicoba bangun. Namun sayangnya, dua-duanya tak mau mundur. Apapun hasil KLB pun, pasti tak seburuk ketakutan kedua belah pihak. Jika barisan KLB terlaksana, Darwati dan orang-orang yang menjadi catur Irwandi, tetap mendapatkan tempat di PNA. Demikian juga sebaliknya. Mereka mencintai PNA dengan cara berbeda.”