KISAH Aceh tak pernah selesai dikupas. Bahkan negara Amerika pun pernah mengerahkan tenaga serta pasukan yang cukup besar hanya untuk membumihanguskan Kuala Batee.
“Berdasarkan materi kearsipan, buku ini menyajikan sejarah perjuangan militer, diplomatik, dan kekuatan ekonomi untuk mengendalikan bahan makanan paling menguntungkan di dunia, dan dominasi Samudra Hindia. Berpakaian dalam misteri dan tersesat di lautan yang belum dipetakan, Kepulauan Rempah-rempah dari awal abad ke-16 menggiurkan imajinasi Eropa hingga titik obsesi. Sebagai satu-satunya tempat di Bumi di mana tumbuh trinitas suci ‘rempah-rempah, cengkeh, pala, dan bunga pala – pulau-pulau kecil ini dengan cepat menjadi sumber intrik internasional dan kekayaan pribadi,” tulis Charles, seorang penulis Amerika dalam bukunya The scents of Eden: a history of the spice trade, 1999.
Daerah yang dimaksud oleh Charles adalah Kuala Batee. Dalam bukunya ditulis Quallah Battoo. Daerah ini terletak di barat selatan Aceh dan pernah menjadi salah satu kerajaan yang cukup disegani pada masanya.
Kerajaan Kuala Batee merupakan bagian dari salah satu kehulubalangan Kesultanan Aceh. Daerah ini sekarang merupakan bagian dari wilayah adminitrasi Aceh Barat Daya.
Kerajaan tersebut dipimpin Raja Cut Ampon Tuan pada 1785. Konon dalam masa ini pula, Kuala Batee meraih kejayaannya hingga berhasil mencetak mata uang sendiri sebagai alat tukar yang sah.
Raja Cut mempunyai permaisuri Puteri Anjung Bulan yang menikah pada abad 16 yang merupakan anak dari Raja Kuala Batu, sehingga Raja Cut diangkat menjadi Raja Kuala Batu.
Lokasi kerajaan yang dikisahkan dalam cerita masyarakat Aceh Barat Daya berada di Kecamatan Kuala Batee berbatasan dengan Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya sekarang.
Kerajaan Kuala Batee sebenarnya pecahan dari Kerajaan Lama Muda yang merupakan lanjutan dari Kerajaan Lama Tuha, karena Kerajaan Lama Tuha Hancur diterjang banjir pada sekitar pertengahan 1740 Masehi.
Kisah konflik antara Kuala Batee dengan Amerika dilaporkan berawal dari insiden 1831. Dimana, kapal Friendship dari Amerika diserang bajak laut di atas perairan Kuala Batee. Kapal dagang itu konon sedang mencari lada hitam yang menjadi harta harun penting pada zaman itu. Konon karena insiden ini, seluruh anak buah kapal Friendship terbunuh. Kabar ini kemudian berhembus hingga ke Amerika.
Presiden Andrew Jackson kemudian mengirim USS Potomac. USS Potomac adalah fregat Angkatan Laut Amerika Serikat.
Potomac mulai dibuat pada Agustus 1819 di Washington Navy Yard dan diluncurkan pada bulan Maret 1822. Kapal belum dilengkapi secara menyeluruh hingga tahun 1831, ketika Kapten John Downes mendapatkan komando sebagai perwira komandan pertamanya.
Dalam perjalanan lintas samudera pertamanya, Potomac meninggalkan New York pada 19 Agustus 1831 ke Skuadron Pasifik melalui Tanjung Harapan. Pada 6 Februari 1832, Potomac yang sejatinya hendak membawa Menlu Martin Van Buren ke Britania Raya diarahkan ke Aceh.
Potomac membombardir permukiman Kuala Batee berhari-hari. Kapten Potomac, Downes, memerintahkan 1 detasemen dari 282 marinir dan nakhoda ke perahu kapal, yang beberapa dari perahu itu sudah dilengkapi dengan meriam ringan.
Dari perahu itulah, para nakhoda dan marinir Potomac membakar kapal-kapal Aceh di pelabuhan Kuala Batee dan menyerang benteng kota. Sementara bantuan dari senapan-senapan Potomac sendiri digunakan untuk membalas tembakan dari benteng Kuala Batee.
Senapan modern yang digunakan AS jauh lebih baik dibandingkan dengan senapan kunci korek milik lawan yang sudah ketinggalan zaman.
Dari 282 nakhoda dan marinir yang mendarat, 2 orang terbunuh. Sementara 150 penduduk Kuala Batee dibantai, termasuk tetuanya Poh Muhammad meninggal.
Penyerangan Kuala Batee ini sempat dikecam oleh public Amerika karena dianggap sebagai pembantaian mengerikan pada massa itu. []