Ikan buntal harusnya memiliki daya tahan hidup yang kuat dibanding makhluk air lainnya. Namun di Pantai Lhoknga, ia mati. Ia mengkonsumsi batu bara yang tumpah di perairan itu.

Ya, laut Lhoknga dan Lampuuk, kabupaten Aceh Besar, sudah setahun lebih dikotori oleh tumpahan batu bara yang dapat merusak biota laut dari ikan hingga terumbu karang. Batu bara yang tumpahnya ini bersumber dari kapal tongkang pengangkut batu bara untuk supply kebutuhan power plant PT SBA atau lebih dikenal dengan nama PT Semen Andalas sebelumnya.
Hal ini disampaikan Zaki Mulia, Ketua Lhoknga Surf Team, melalui siaran persnya, Senin 28 Oktober 2019 lalu.
Menurutnya, pencemaran ini berawal dari kapal tongkang TB Marina pengangkut batu bara terdampar dan patah sekitar 1 tahun yang lalu yakni Minggu 29 Juli 2018 sekitaran pukul 07.30 WIB. Efeknya, sampai sekarang sebaran batu bara masih banyak terhampar di laut, di termbu karang dan sebagian tampak jelas di pinggir pantai.
“Dalam Hal ini, Lhoknga Surf Team, yang terdiri dari anggota selancar sudah beberapa kali menekankan ke semua pihak untuk lebih serius menangani tumpahan batu bara, karena secara lisan sudah banyak peselancar-peselancar lokal dan nasional yang complain terhadap kondisi ombak yang suhu airnya meningkat cepat dan secara kesehatanpun tumpahan batu bara ini bisa menyebabkan penyakit kulit,” kata Zaki beberapa waktu lalu.
Tak hanya Zaki, Abdul Mucthi, anggota DPRK Aceh Besar turut memberi respon. Mantan aktivis lingkungan ini secara tegas menyebutkan bahwa PT. Solusi Bangun Andalas dan perusahaan pengangkut/pemilik Kapal Tongkang harus terbuka ke pemerintah dan masyarakat sekitar.
“Karena sampai saat ini kita tidak tahu berapa yang sudah diangkut atau dibersihkan, berapa yang tersisa dan bagaimana kelanjutan pembersihannya termasuk apa yang mereka berikan ke masyarakat. Kalau sekedar kompensasi itu penyelesaian jangka pendek, apa komitmen perusahaan untuk dampak jangka panjangnya, tidak ada yang tahu karena Perusahaan tidak terbuka,” kata Abdul Mucthi.
Sayangnya, harapan kedua tadi belum mendapat respon dari pihak terkait. Efeknya, kerusakan lingkungan terus terjadi. Beberapa ikan buntal ditemukan mati. Saat dibedah, dalam mulutnya ditemukan batu bara.
Namun bukannya ditindaklanjuti, beberapa oknum malah meneror para aktivis lingkungan di sana untuk bungkam.
Teror ini terbongkar dari pengakuan seorang warga Lhoknga, yang juga penggiat lingkungan serta pengacara, Muhammad Yulfan, Rabu 6 November 2019, menulis soal kondisi terakhir di Pantai Lhoknga pasca setahun lebih tumpahan batu bara di sana.
Ia menulis di akun Facebook miliknya dengan Adv Muhammad Yulfan. Yulfan mengawali tulisan dengan judul, “Ikan Buntal dan Mental Sang Oknum.”
“Tadi pagi ada oknum Polisi mendatangi salah satu kawan yang selama ini serius meminta Perusahaan PT. Solusi Bangun Andalas dan Perusahaan Tongkang untuk Membersihkan Laut dan Pantai dari sisa Tumpahan Batu Bara. Intinya dia menyampaikan pesan supaya jangan terlalu heboh dengan tumpahan batu bara.
Saya tidak tahu apakah ini inisiatif pribadi sang Oknum atau Perintah Perusahaan via atasannya untuk membungkam para pegiat Lingkungan di Lhoknga.
Sudahlah, ini memang fakta, Tumpahan Batu Bara Masih banyak di Laut dan Pantai Lhoknga-Lampuuk (lihat Video Terbaru, Ikan Buntal Mati karena makan Batu Bara). Sebagai Penegak Hukum saya berharap ini merupakan manuver pribadi sang oknum bukan Perintah struktural apalagi pesanan Perusahaan.
Intinya, Oknum tersebut meminta supaya kawan-kawan saya mau duduk dan bertemu dengan Pihak perusahaan dan mendengar penjelasan dari Perusahaan. Saya kira ini bukan Tupoksi sang Oknum untuk menginisiasi Pertemuan Batu Bara.
Abdul Mukhti sebagai Anggota DPRK Aceh Besar, menyampaikan ke media massa tentang Tumpahan Batu Bara untuk menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat dan ini sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan, sah dan Punya dasar hukum.
Yang dilakukan oleh kawan-kawan Pegiat lingkungan Lhoknga dilindungi oleh Hukum harusnya semua pihak mendukung dan mengapresiasi langkah mereka untuk menjaga dan melindungi Lingkungan.. Hari ini ikan Buntal dan ekosistem Laut tercemar besok bisa jadi sumur kita.”
Muhammad Yulfan sendiri telah mengizinkan tulisannya tersebut dikutip dan ditayangkan oleh atjehwatch.com.