TAKENGON – Peneliti Radikalisme dan Terorisme Aceh Dr. Mukhlisuddin Ilyas mengatakan, sepuluh tahun kebelakang masalah gerakan Radikal dan Terorisme di Aceh hanya ditemui di wilayah pesisir, namun kini potensi itu mulai masuk ke wilayah pegunungan karena lebih mudah diakses.
“Riset tahun 2010 narapidana teroris hanya berada di pesisir, namun kini mulai masuk ke wilayah tengah yang notabene wilayah pegunungan,” kata Mukhlisuddin Ilyas pada acara Focus Discussion Group (FGD) tanglal Radikalisme dan Terorisme yang digelar Kesbangpol Aceh di Coffee Batas Kota, Paya Tumpi, Rabu 6 November 2019.
Acara FGD dilakukan di Takengon untuk mencari masukan dari berbagai pihak terkait mencari upaya pencegahan persoalan yang muncul baik masalah agama, sosial, dan ekonomi.
Kata Mukhlis, potensi radikalisme dan terorisme di wilayah tengah masih terbilang positif, sehingga perlu ada pencegahan dari potensi pengaruh radikal dan terorisme yang sebelumnya berada di pesisir.
“Potensi pegunungan karena pembawa pengaruh bisa tinggal, sehingga potensi radikalisme dan terorisme sangat berpeluang,” ujar Mukhlis.
Kata Mukhlis dari hasil riset tahun 2017 soal radikalisme di Aceh masalah pemahaman di poin 72, 39, Sikap poin 51.60, dan Tindakan poin 47.
Acara FGD dihadiri Forkompimda, perwakilan MPU, Akademisi, MAA, kalangan Pemuda, perwakilan Kodim Aceh Tengah, Perwakilan Polres Aceh Tengah dan tokoh perempuan. (ji)