ACEH BESAR – Forum Kajian Strategis Pemuda (FKSP) Aceh Besar menggelar kajian diskusi kepemudaan terkait persoalan disharmonisasi antara Bupati Ir. H. Mawardi Ali dan Wakil Bupati Tgk. H. Husaini A. Wahab atau yang lebih akrab disapa Waled Husaini.
FKSP Aceh Besar mengkaji, persoalan ketidakharmonisan antara Bupati dan Wakil Bupati Aceh Besar sudah sangat kompleks.
Presidium FKSP Aceh Besar M. Nur Abdullah atau yang lebih akrab disapa Marco menyampaikan bahwa diskusi kepemudaan ini diadakan untuk menggelorakan semangat pemuda Aceh Besar agar jangan berdiam diri dan melihat saja permasalahan di Aceh Besar.
Seharusnya dengan adanya sejumlah OKP dan paguyuban mahasiswa dan pemuda kecamatan yang ada di Aceh Besar dapat memberikan pandangan-pandangannya, dan juga mengkritisi dan memberikan solusi untuk pembangunan Aceh Besar.
“Sangat banyak problem di Aceh Besar yang semestinya pemuda bisa mengambil peran dalam menentukan arah pembangunan, kenapa kita masih berdiam diri saja dan seakan-akan di Aceh Besar tidak terjadi apa-apa, kebebasan menyatakan pendapat bukanlah radikal,” katanya, Jumat (8/11/2019).
“Kalau rakyat bising itu karena kita setuju berdemokrasi. Demokrasi itu bising dan otokrasi itu sepi,” lanjutnya.
FKSP Aceh Besar juga menghimbau agar pemuda berani dalam memberikan masukan-masukan dan kritikan yang konstruktif.
“Jangan dilihat dengan diamnya pemuda, Aceh Besar sedang baik-baik saja, justru dengan diamnya pemuda, Aceh Besar sedang ada apa-apanya,” ujarnya.
Marco menyampaikan bahwa FKSP Aceh Besar dibentuk guna untuk membahas isu-isu strategis mengenai Aceh Besar, dan juga akan mengeluarkan rekomendasi-rekomendasinya.
Berangkat dari persoalan ‘mati surinya’ organisasi kepemudaan yang berada di Aceh Besar, FKSP Aceh Besar ingin hadir untuk memberikan warna dan menghidupkan nuansa kepemudaan yang mempunyai semangat dalam memandang setiap persoalan-persoalan yang ada di Aceh Besar.
“FKSP Aceh Besar bukanlah sebuah wadah yang tunduk dan berafiliasi dengan partai politik manapun,” pungkasnya.[]