LHOKSEUMAWE – Sejumlah lembaga rehab di Aceh mengaku masih kesulitan menampung pasien wanita pecandu narkoba. Padahal, pecandu narkoba dari kalangan wanita di Aceh diduga berjumlah sama seperti kalangan pria.
Hal ini disampaikan Direktur Yayasan Tabina Aceh, Teungku Muhammad Nur MSi, kepada atjehwatch.com, Selasa malam 25 November 2019.
“Setiap bulan selalu ada saja pihak keluarga yang datang ke kita, meminta rehab pasien pecandu narkoba, wanita. Tapi untuk ini, kita harus menolaknya,” kata Teungku Muhammad Nur.
“Anda bisa bayangkan, ada 65 pria pecandu narkoba yang kita rehab dan rawat setiap hari dan malam. Mereka kita jaga dengan baik dan harus benar-benar serius. Tiba-tiba kemudian ada pasien wanita pecandu narkoba. Ini tentu juga butuh penanganan khusus. Dari mulai ruangan, fasilitas serta dokter, perawat hingga psikolognya. Demikian juga petugas yang jaga saat malam hari.”
“Tidak mungkin kita suruh jaga pasien wanita sama petugas laki-laki. Kalau ditinggal juga gak mungkin. Karena kekurangan tadi, untuk pasien wanitanya belum bisa ditangani. Saya pikir di lembaga rehab lainnya di Aceh juga mengalami persoalan yang sama,” kata Teungku Muhammad Nur lagi.
Persoalan ini, kata Teungku Muhammad Nur, adalah persoalan serius yang butuh dukungan public dan Pemerintah Aceh.
“Narkoba itu tak hanya menyerang laki-laki. Pecandu narkoba dari kalangan wanita juga banyak. Tapi kekurangannya seperti saya paparkan tadi. Hampir setiap Minggu itu, ada saja keluarga yang datang ke kita untuk meminta anak perempuannya dirawat di Tabina karena candu narkoba,” kata Teungku Muhammad Nur. []