BANDA ACEH – Ikatan Keluarga Alumni Lembaga Ketahanan Nasional (IKAL) chapter Aceh, menyelenggarakan kegiatan ngopi kebangsaan di Kafe And Resto GH Corner, depan Hermes Palace Hotel Banda Aceh – Provinsi Aceh, Selasa 31 Desember 2019.
Kegiatan ngopi kebangsaan ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh IKAL chapter Aceh secara bergilir di berbagai instansi/lembaga yang berada di Aceh baik vertikal maupun horisontal.
Kegiatan ngopi kebangsaan kali ini mengambil tema Refleksi Akhir Tahun Relasi Internal dan Antar Umat Beragama dan Pengaruhnya terhadap Ketahanan Nasional di Aceh.
Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA selaku Ketua IKAL chapter dalam sambutannya menyampaikan bahwasanya, “Kegiatan ngopi kebangsaan (refleksi akhir tahun) kali ini merupakan wujud dedikasi dan kepedulian para alumni Lemhannas yang tergabung di dalam IKAL chapter Aceh dalam merespon berbagai persoalan kebangsaan yang terjadi baik di Aceh maupun pada level nasional.”
Para alumni Lemhannas RI yang tergabung di dalam IKAL chapter Aceh adalah unsur dari berbagai instansi baik unsur Kodam IM, Birokrasi, parlemen, Akademisi, Polda, Kejaksaan, Perbankan, BUMN, BUMD, dan lain sebagainya.
“IKAL Chapter Aceh dengan segenap potensi yang dimilikinya, tentunya ingin mengambil peran dan tanggungjawab sekaligus sebagai mitra pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan berbagai persoalaan kebangsaan yang terjadi,” kata Syahrizal Abbas.
Para Alumni Lemhannas RI yang hadir dalam kegiatan ngopi kebangsaan kali ini adalah Teuku Rusli Yusuf, Otto Syamsuddin Ishak, Naimah Hasan, Zulfikar Sawang, Kurniawan S, Lailisma, Yusri Kasim, Yusmaizal, Yunazi, Islamuddin, Abdul Manan, Muhammad Dayat.
Kegiatan ngopi kebangsaan (Refleksi Akhir Tahun) ini menghasilkan beberapa rekomendasi seperti menghimbau para pemimpin umat beragama untuk terus menerus meningkatkan komunikasi dan koordinasi sesama stakeholders dalam rangka mempertahankan dan memperkokoh kerukunan antar dan inter umat beragama di Aceh.
Kemudian menumbuhkan semangat dialog secara arif dan bijaksana dalam menghadapi dan menyelesaikan problematika kehidupan keagamaan di Aceh.
Ketiga, para tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat diharapkan senantiasa menumbuhkan semangat moderasi (wasatiyah) dalam menjalankan praktik keagamaan, sehingga hal ini akan menjadi salah satu indikator ketahanan nasional.
Sedangkan ke 4 adalah menghimbau semua umat beragama untuk senantiasa menjaga sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan baik antar maupun inter umat beragama, sehingga akan terwujud masyarakat yg damai, dan harmoni dalam ikatan Bhinneka Tunggal Ika.