BANDA ACEH – Balai Diklat Keagamaan (BDK) Aceh telah tuntas mendiklatkan sebanyak 1.472 peserta dari 37 angkatan pada kegiatan pelatihan dasar (latsar) selama tahun 2019.
Latsar tersebut diikuti oleh para calon PNS di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Aceh. Diantaranya merupakan calon pegawai, calon guru dan juga calon dosen.
Hal itu disampaikan oleh Kepala BDK Aceh, Soni Sofian, SE, M.Pd saat menyampaikan sambutan pada acara maulid Nabi Besar Muhammad SAW di aula kantor tersebut, Senin (06/01/2020).
“Kegiatan maulid ini merupakan bagian dari rasa syukur ASN BDK Aceh karena telah selesai dan sukses melaksanakan diklat Latsar CPNS di akhir tahun 2019 dan diklat-diklat lainnya selama tahun 2019,” kata Soni Sofian.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan pendidikan Latsar bagi calon ASN Kementerian Agama di tahun 2019 adalah berkat kerja sama semua jajaran di BDK Aceh, mulai dari pimpinan, widyaiswara dan stakeholder lainnya di lingkungan BDK Aceh.
“Kita berharap keberhasilan tersebut akan dapat dipertahankan di tahun 2020 ini. Dikarenakan di tahun ini BDK Aceh juga akan melaksanakan sejumlah diklat dan latsar, baik yang dilaksanakan di kantor BDK Aceh maupun di seluruh Kab/Kota. Dari itu senergisitas yang sudah terbangun di BDK Aceh ini supaya dapat terus dimaksimalkan dan ditingkatkan lagi kinerjanya,” kata Soni Sofyan.
Ketua Panitia Pelaksana Kamarullah, S.Ag, M.Pd dalam laporan menyampaikan bahwa rangkaian kegiatan maulid di BDK Aceh, diantaranya diisi dengan ceramah agama oleh Ustaz H. Masrul Aidi, Lc dan juga penyerahan santunan untuk rumah penyantun Muhammadiah di Punge.
Sementara itu Ustaz H. Masrul Aidi, Lc dalam ceramahnya mengupas berbagai hal keagamaan dengan bahasa yang lugas dan menggelitik. Salah satu penjelasannya adalah berkaitan dengan orang-orang yang menyatakan bahwa maulid itu bid’ah. Bid’ah adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukan pada masa Rasul.
Namun anehnya kata Ustaz Masrul Aidi, orang yang mengatakan maulid itu bid’ah tapi saat setelah menikah tetap memaksa diri untuk mendapatkan buku nikah, padahal buku nikah itu juga tidak pernah ada pada masa Rasulullah.
Hal lainnya yang disampaikan Pimpinan Pondok Pesantren Babul Maghfirah Cot Keueng, Aceh Besar adalah seputaran sejarah keislaman di Aceh. Menurutnya bangsa Aceh adalah bangsa yang sangat susah dan sulit merawat sejarahnya sendiri.
“Sebagai contoh adalah kuburan-kuburan raja Aceh. Tidak satupun kuburan raja Aceh yang dirawat dengan baik, bersih dan rapi. Akan tetapi berbanding terbalik dengan kuburan penjajah Belanda di Aceh yang ditata bersih dan rapi,”ujar Ustaz Masrul Aidi.
Ustaz Masrul Aidi juga menjelaskan Aceh merupakan daerah modal, namun tugu modal yang dibangun di Aceh sangat jarang dikunjungi wisata luar dan dalam negeri.
“Bahkan banyak diantara kita ada yang tidak tahu bahwa di seputaran Masjid Baiturrahman Banda Aceh itu ada tugu sejarah yaitu tugu modal yang melambangkan Aceh adalah daerah modal. Sehingga Aceh itu hanya pandai menciptakan momen tapi tidak pandai memelihara momen. Semoga kedepannya akan lebih baik lagi,” kata ustaz Masrul Aidi.