BANDA ACEH – Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail, mempertanyakan kekhususan Aceh yang selama ini digadang-gadang oleh Pemerintah Pusat di Jakarta. Pasalnya, dalam realisasi, kekhususan tersebut sama sekali tak dirasakan oleh Aceh.
Hal ini disampaikan Mahfuddin Ismail dalam pertemuan dengan Forbes DPD DPR RI asal Aceh dengan anggota DPR Aceh dan unsur pimpinan DPRK se-Aceh di ruang paripurna DPR Aceh, Senin siang 6 Januari 2020.

“Kita khusus. Tapi untuk hal terkecil saja, kita masih harus tunduk dalam peraturan menteri. Masih harus tunduk pada aturan pemerintah! Lantas kekhususan kita dimana?” tanya pria yang akrab disapa Mahfud ini.
“Padahal kita punya aturan khusus, undang-undang khusus. Namun dalam perlaksanaannya sering kali diabaikan oleh pemerintah pusat,” kata politisi Partai Aceh ini lagi yang mendapat aplus dari yang hadir.
Mahfud juga menyinggung soal ajakan satu suara untuk berjuang sama-sama dari DPD DPR RI asal Aceh pada setiap acara yang berlangsung di Aceh. Mahfud mengaku sangat setuju dengan ajakan tadi untuk menumbuhkan kembali bargaining Aceh di mata pemerintah pusat.
Namun, kata Mahfud, DPD DPR RI asal Aceh ternyata masih mengingkari komitmennya sendiri. Sebagai contoh, kata Mahfud, Forbes DPD DPR RI menggelar pertemuan dengan bupati dan wali kota se-Aceh di kantor gubernur di pagi hari. Sementara untuk DPRK dan DPR Aceh di ruang paripurna DPR Aceh siang harinya.
Pemisahan kedua acara ini dinilai bentuk inkonsisten terhadap semangat persatuan Aceh yang sedang ditumbuhkan di Aceh. Padahal, tujuan dari kedua kegiatan ini, adalah penyerapan aspirasi para pimpinan di Aceh, baik eksekutif maupun legislatif Aceh.
“Padahal, kalau kita ingin menguatkan persatuan Aceh, kenapa tak digelar pertemuan bersama. Ada seluruh DPRK dan DPR Aceh. Kemudian bupati dan walikota, serta gubernur. Kami kan juga ingin tahu apa yang disampaikan bupati dan walikota se-Aceh. Jangan-jangan beda. DPR Aceh juga ingin tahu apa yang dipikirkan gubernur.”
“Saya mendukung pertemuan seperti ini. Kalau bisa kita gelar pertemuan bersama sehingga satu persepsi tentang Aceh dan berjuang bersama. Kemudian kita hadirkan Presiden dan menteri untuk menyelesaikan persoalan dan masalah Aceh,” kata Mahfuddin yang memang dikenal vocal berbicara ini. []