TINGKAH walikota Banda Aceh kemarin disorot dalam dua hari terakhir. Kali ini bukan soal distribusi air bersih atau PDAM untuk warga kota yang merong-rong tidurnya selama ini. Toh untuk itu, telah ada tim yang kini siap mencari alasan-alasan baru untuk menutupi kegagalan Amin setiap harinya.
Bukan juga soal hobi sepakbolanya. Persiraja yang kini lolos ke kasta utama di Indonesia justru melambungkan namanya. Sejumlah para kepala SKPD juga siap selalu membeli tiket tribun utama demi mencari muka di depan Amin.
Ya, Amin pusing bukan karena dua persoalan tadi.
Ia justru pening karena disorot public soal calon anggota Badan Baitul Mal Banda Aceh. Ini karena nepotismenya terbongkar ke public.
Ya, seleksi calon keanggotaan Badan Baitul Mal Banda Aceh yang baru diumumkan untuk 8 besar, beberapa waktu lalu, diduga sarat dengan nepotisme.
Aminullah Usman diduga memasukan tiga nama lain dengan menyingkirkan tiga nama lainnya sebagai peraih nilai tertinggi dalam seleksi keanggotaan Badan Baitul Mal Banda Aceh oleh tim seleksi yang terbentuk.
Berdasarkan data yang dimiliki atjehwatch.com, ada 15 nama peraih nilai tertinggi dari seleksi calon keanggotaan Badan Baitul Mal Kota Banda Aceh.
Namun dalam SK yang dikeluarkan oleh Aminullah Usman untuk 8 besar keanggotaan Badan Baitul Mal Banda Aceh justru menghilangkan nama Annisa Mutia Muthmainnah yang menempati posisi ke 3 peraih nilai terbanyak atau 80 persen, kemudian nama Antoni Kurnia Winata di posisi ke 5 dengan nilai 77 persen, serta Sandra Parulian di posisi ke delapan dengan nilai 75 persen.
Aminullah justru memasukan nama Abdul Munir yang dalam seleksi berada di urutan 14 dengan nilai 71 persen, kemudian Aisyah M Ali Mpd yang berada di urutan 12 dengan nilai 72 persen, serta Hasanuddin M.Ed yang berada di urutan 11 dengan nilai 72 persen.
Prilaku nepotisme Amin inilah yang dianggap kebangetan oleh public di Banda Aceh.
Amin sebenarnya bisa saja merekrut anggota Badan Baitul Mal Banda Aceh secara suka-suka. Toh, sebagai walikota ia memang memiliki kekuasaan menunjuk siapapun untuk mengisi calon anggota Badan Baitul Mal Banda Aceh. Karena Aminullah adalah raja ‘kecil’ di Banda Aceh.
Yang dipersoalkan warga adalah Amin justru menutup belangnya dengan membentuk tim seleksi. Tapi hasil seleksi dengan nama-nama yang di-SK-kan oleh Aminullah justru berbeda. Beberapa nama peraih nilai terbaik justru digugurkan.
Inilah kesalahan Amin. Tapi jangan harap kalau ia akan meminta maaf.
Sebagai salah seorang pemilik ‘kunci syurga’ di Banda Aceh dengan kegiatan keagamaannya dan aktif dalam sejumlah kegiatan zikir, Amin merasa apa yang dibuatnya itu sudah benar.
Ia cuma melakukan nepotisme kecil secara halal dan syar’i. Kesalahan ini toh tertutup dengan khutbah khutbahnya di tempat tempat keagamaan tentang amar makruf nahi mungkar.
Di atas panggung, ia akan berpidato agar jangan ada yang nepotisme serta KKN di Banda Aceh karena itu adalah dosa besar, dan tentu saja kecuali dirinya. Karena Amin adalah kekhususan. Ia bisa buat suka suka.
Amin akan menutup belangnya itu dengan kata kata ‘sedang dizalimi.’ Sekali lagi, ia tidak akan meminta maaf serta mengoreksi kesalahannya tadi. Karena ia adalah raja kecil dan ‘kunci syurga’ di Banda Aceh ada di tangannya.