Tiga bakal calon (Balon) gubernur untuk pilkada 2022 kian ramai diperbincangkan warga Aceh. Padahal pilkada Aceh baru akan berlangsung dua tahun lagi. Namun suasana politik mulai memanas. Setidaknya menjadi obrolan hangat warung kopi.
Adapun tiga nama yang kini disebut-sebut bakal calon gubernur Aceh di pilkada 2022. Mereka adalah Mualem Muzakir Manaf, Nasir Djamil dan Nova Iriansyah.
Dari tiga nama di atas, Mualem Muzakir Manaf bisa jadi menjadi kandidat terkuat untuk pilkada 2022. Itu adalah analisis politik warung kopi.
Pasalnya, mantan panglima GAM saat Aceh masih berkonflik ini dinilai memiliki massa fanatic serta struktur yang lengkap di seluruh Aceh.
Mualem adalah ketua umum Komite Peralihan Aceh atau KPA, yang merupakan organisasi mantan kombatan GAM, ketua umum Partai Aceh yang merupakan partai peraih suara terbanyak di Aceh, ketua KONI serta Ketua KADIN Aceh.
Selama ini, hanya Irwandi, yang dinilai bisa ‘menundukan’ politik Mualem. Belajar dari pilkada 2017 lalu, kursi gubernur dan wakil gubernur Aceh, seharusnya menjadi milik Mualem jika seandainya Zaini Abdullah dan Zakaria Saman tak ikut ‘memecah’ arus utama KPA PA pada pesta rakyat tersebut.
Kedua tokoh tadi tetap maju melalui jalur independen sebagai kandidat dengan bantuan dukungan KTP dari Irwandi Yusuf. Inilah yang dinilai kelihaian Irwandi Yusuf sehingga mampu menjadi nomor satu di pilkada lalu. Hal ini juga diakui oleh Zaini Abdullah saat hadir dalam acara PNA usai pilkada beberapa waktu lalu.
Namun di Pilkada 2022 nanti, Irwandi tak lagi bisa bersaing bersama Mualem. Selain karena amanah UU yang hanya memperbolehkan petahana maju sebanyak dua kali, Irwandi juga sedang terjerat kasus dugaan korupsi.
Lantas, apakah ini menjadi sinyal bahwa Mualem dan gerbong KPA PA menjadi kandidat tak tertandingi di pilkada 2022? Konon lagi, PNA versi Tiyong disinyalir bakal menjadi mesin kedua yang akan mendukung Mualem di pilkada 2022.
Jawabannya belum tentu. Karena dalam politik setiap kesempatan adalah peluang. Meski peluang tersebut sangat kecil.
Nasir Djamil misalnya. Politisi kawakan asal Aceh ini dianggap memiliki peluang cukup besar jika kemudian benar-benar tampil di pilkada Aceh 2022 nanti. Konon lagi jika pasangannya adalah Tusop, seperti diberitakan media, beberapa waktu lalu.
Nasir Djamil dianggap memiliki pendukung kuat. Ini bisa dilihat dari peta Pileg 2019 lalu. Dimana, Nasir Djamil sebelumnya dianggap ‘dibuang’ PKS ke Dapil 2 Aceh. PKS sendiri sebelumnya (pileg 2014-red) tak memilki wakil ke Senayan dari Dapil neraka itu. Tapi Nasir Djamil ternyata justru mematahkan logika politik mayoritas pengamat di Aceh saat itu. Ia terpilih dari Dapil 2 Aceh.
Dukungan ini kemudian ditambah dengan posisi Tusop (jika jadi-red) atau calon wakil lainnya yang berasal dari kalangan dayah atau pesantren. Ini sesuai isu yang berkembang di warung kopi selama ini, bahwa pendamping Nasir Djamil adalah Tusop atau kandidat usulan ulama dayah. Massa agamis dipastikan akan menjadi pendukung setia untuk pasangan ini.
Massa agamis atau dayah dipastikan akan menjadi penyeimbang dari massa fanatic milik PA KPA yang menjadi motor utama Mualem Muzakir Manaf. Apalagi, jika merujuk pada peta pilkada dan pileg beberapa periode di Aceh, kekuatan KPA yang menjadi motor Mualem di Aceh, kian tahun kian merosot.
Kandidat lainnya adalah Nova Iriansyah. Selaku plt gubernur Aceh, Nova juga disebut sebut menjadi kandidat kuat di pilkada 2022 nanti. Nova memiliki modal kuat jika akhirnya mencalonkan diri sebagai calon gubernur di pilkada 2022 nanti. Ia menguasai birokrasi yang menjadi dambaan kandidat lainnya.
Apalagi Nova kini juga memikat barisan Aswaja, pendukung fanatic di dayah-dayah Aceh, melalui surat edarannya beberapa waktu lalu. Faktor inilah yang menjadi modal utama serta harus dipertahankan oleh Nova Iriansyah.
Posisi calon pendamping Nova Iriansyah, jika akhirnya sosok itu maju di pilkada 2022 nanti, akan menjadi penentu. Terutama isu kedaerahan serta agama yang sering muncul di setiap pelaksanaan pesta rakyat di Aceh.
Di luar ketiga nama ini, sebenarnya ada Sudirman atau Haji Uma yang juga memiliki khas yang cukup besar untuk bertarung di pilkada 2022 nanti. Ia merupakan peraih suara terbanyak DPD RI di Pileg Aceh 2019 lalu. Namun nama ini sepertinya enggan menjadi pesaing Mualem Muzakir Manaf. Setidaknya ini tersirat dari berbagai komentarnya di media massa serta media social seperti Facebook dan Youtube.
Terlepas dari nama-nama yang muncul tadi, pelaksanaan pilkada Aceh 2022 menjadi momen siapapun untuk memikat hati masyarakat Aceh. Peta politik bisa saja berubah. Kandidat baru juga bisa muncul. Sedangkan kandidat yang diunggulkan bisa jadi tak jadi maju usai melihat proses politik yang sedang berjalan.
Namun isu politik tetap menjadi pembahasan utama di warung-warung kopi di Aceh. Karena warung kopi adalah ‘sekolah alamnya’ politik di Aceh.
Penulis adalah Muhamadiyah Abdurrahman, tukang kopi asal Aceh Barat Daya dan penikmat politik di Aceh.