WASHINGTON – Negara bagian Missouri, Amerika Serikat, sebagai pihak pertama yang menggugat Pemerintah China karena gagal mengatasi penyebaran virus Covid-19 yang berasal dari China dan menyembabkan kelumpuhan ekonomi di negara bagian itu.
Gugutan sipil diajukan di pengadilan federal oleh Jaksa Agung Negara Bagian Missouri Eric Schmitt. Dalam komplain itu menyatakan Missouri dan para penduduknya mengalami kerugian puluhan miliar dolar akibat kebangkutan ekonomi dan menuntut kompensasi tunai.
“Pemerintah China berbohong kepada dunia tentang bahaya dan penularan Covid-19, membungkam whistleblower dan hanya melakukan tindakan sedikit untuk menghalangi penyebaran penyakit tersebut,” kata Schmitt, seorang politikus Partai Republik, dilansir Reuters. “Mereka (China) harus bertanggung jawab atas tindakan mereka,” katanya.
China juga menghadapi gugatan hukum yang sama di pengadilan AS dari para pengusaha. Namun, para hukum internasional menyatakan upaya gugatan tersebut sepertinya akan mengalami kegagalan. “Adanya imunitas kedaulatan bagi pemerintah asing yang mendapatkan perlindungan di pengadilan AS,” kata profesor hukum internasional di Universitas Chicago, Tom Ginsburg.
Ginsburg menuding gugatan hukum terhadap China hanya upaya para pemimpin Republik untuk menghadapi pemilu pada November mendatang. “Kita melihat banyak orang menyalahkan China untuk menutupi kegagalan pemerintahan AS yang dipimpin Donald Trump,” katanya.
Trump awalnya dianggap mengabaikan virus corona yang telah menewaskan lebih dari 43.000 orang di AS dan sebanyak 800.000 kasus positif corona. Wabah itu menyebabkan para gubernur memberlakukan perintah tetap di rumah dan menghentikan aktivitas bisnis. Itu menyebabkan 22 juta pengangguran di AS.
“Jika AS ingin menuntut China, mereka harus melakukannya pada forum internasional,” kata Chimène Keitner, profesor hukum internasional di Universitas California. “Tidak ada jurisdiksi sipil dalam gugutan tersebut di pengadilan AS,” katanya.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison mendukung upaya penyelidikan internasional terhadap pandemi virus corona. Itu ditegaskannya saat Morrison berdiskusi melalui sambungan telepon dengan Presiden AS Donald Trump, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Australia meminta penyelidikan independen untuk mengkaji awal dan penyebaran pandemi serta respons Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dinilai lambat. “Kita berbicang mengenai WHO dan upaya kerja sama untuk meningkatkan transparansi dan keefektivan respons internasional terhadap pandemi ini,” kata Morrison.
Kanselir Jerman Angela Markel juga meminta China agar transparan untuk menjelaskan dari mana asal Covid-19. “Saya yakin jika China terbuka dalam mengungkapkan asal virus, maka itu akan menjadi hal baik bagi dunia dan kita bisa belajar dari hal itu,” katanya.
Sedangkan, Presiden AS Donald Trump, mengatakan spekulasi mengenai asal-usul virus Covid-19. Dia menuding kalau virus corona muncul di tengah perang dagang AS dengan China. “Dan tiba-tiba, entah dari mana, muncul musuh yang tidak kelihatan,” ujarnya, mengacu pada pandemi itu. “Kami pikir kami tahu dari mana ia (virus corona) berasal. Kami mungkin akan banyak bicara soal itu,” katanya.
Fox News sebelumnya melaporkan kalau lembaga intelijen AS meyakini virus tersebut berasal dari sebuah lembaga penelitian virus di Wuhan dengan protokol keamanan yang kurang baik. Namun, China membantahnya.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bukti-bukti yang ada mengindikasikan bahwa virus corona berasal dari hewan, dan menepis laporan yang menyebut virus itu diciptakan di laboratorium penelitian virus di Wuhan, China. Juru bicara WHO, Fadela Chaib, mengatakan semua bukti menunjukkan virus tersebut “tidak dimanipulasi atau dikonstruksi di laboratorium atau tempat lain.” “Kemungkinan, sangat mungkin, virus itu berasal dari hewan,” ujarnya.
Chaib mengungkapkan, proses transmisi virus Covid-19 dari hewan ke manusia belum jelas. “Kemungkinan besar ia berkembang biak di kelelawar — tapi bagaimana virus tersebut menular dari kelelawar ke manusia belum diketahui,” ujarnya.
Sebelumnya beredar kabar kalau Covid-19 merupakan senjata biologis. Namun penelitian tentang genom virus corona di AS, yang dipublikasikan pada bulan Maret, tidak menemukan tanda bahwa virus tersebut direkayasa.
“Dengan membandingkan data sekuens genom untuk galur virus corona yang telah diketahui, kami bisa dengan tegas memastikan bahwa Sars-CoV-2 berasal dari proses alami,” kata salah satu penelitinya, Kristian Andersen, dari Scripps Research di California.
Pakar keamanan hayati di King’s College London, Dr. Filippa Lentzos, mengatakan persoalan asal-usul virus corona baru adalah “pertanyaan yang sangat sulit”. Dia menambahkan bahwa “ada diskusi diam-diam, di balik layar, di komunitas pakar keamanan hayati, mempertanyakan asal-usul pasar makanan laut yang telah muncul begitu kuat dari China.”