Matanya sayu. Jilbab merahnya panjang hingga menutup setengah tubuh. Dia adalah Mutia, mantan aktivis Pemraka Aceh 1998.
Saat konflik, perempuan paruh baya itu menjadi salah seorang wanita yang paling dicari oleh aparat militer. Ia aktif di tiap mimbar perjuangan Aceh. Dua adiknya juga meninggal dalam konflik. Namun seusai damai, ia kini malah terlupakan.
Mutia kini hidup dalam sepi di rumah kontrakannya di Gampong Cot Geudeuk, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie.
Ke rumah inilah, Ketua DPRK Pidie Mahfuddin Ismail, M.A.P, berkunjung siang tadi. Mutia menyambut kedatangan Mahfud dan keluarga dengan hangat.
“Saya tergungah hati setelah membaca kisah hidupnya di salah satu media. Akhirnya hari ini Sabtu saya ajak Istri, anak dan staf langsung bergerak menuju rumah beliau,” ujar pria yang akrab disapa Mahfud ini.
Kondisi Mutia sangat menyedihkan. Rumah saja belum ada sama sekali. Selama ini ia tiap tahun kontrakan.
Berdasarkan yang disampaikan Mutia, Juni ini masa sewa rumah kontrakannya akan habis setelah dikontraknya selama dua tahun.
Mendengar hal ini, wajah Mahfud terlihat sedih. Apalagi kondisi Mutia yang sudah cedera kaki setelah kecelakaan.
Kepada Mahfud, Mutia juga menceritakan sahabat-sahabat mantan aktivis 98 dulu yang sudah berhasil semuanya.
“Saya mungkin salah satu yang tidak berhasil dalam segala sisi kehidupan. Dengan kondisi cedera kaki dan suami kerja serabutan dengan menghidupkan 3 orang anak,” kata Mutia.
Anak perempuan Mutia yang pertama sudah SMU. Sedangkan yang ke 2 masih Sekolah Dasar dan ke 3 sepertinya belum sekolah.
“Ada juga kawan-kawan sesama mantan aktivis dulu membantu alakadar selama ini, tapi kan gak mungkin kita selalu meminta bantuan sama mereka, hati kita juga pasti malulah,” ujar Mutia sambil terurai air mata.
Sementara itu, Mahfud mengatakan kunjungan ini bagian program “Bang Mahfud Saweue Duafha ” yang dicanangkannya tiap hari Jumat.
“Tapi hari ini harus saya jalankan karena tergugah hati kami setelah mengetahui kondisi kehidupannya,” ujar pria yang dikenal dekat dengan berbagai kalangan ini.
Setelah duduk hampir sejam dengan mendengarkan cerita perjalanan hidup Kak Mutia dan keluarga, kata Mahfud, sosok yang bersangkutan sangat berharap mendapatkan perhatian pemerintah untuk mendapatkan rumah duafha atau berharap mendapat perhatian dari sahabat-sahabatnya mantan aktivis yang sekarang sudah menduduki jabatan-jabatan strategis yang mempunyau kebijakan untuk membantunya dan masyarakat miskin lainnya.
“Kunjungan saya membawa sembako dan uang tunai untuk kebutuhan sehari-hari. Ini sebagai bentuk kepedulian kami kak Mutia. Insyaallah saya berjanji kepada kak Mutia, kondisi real beliau akan saya ceritakan kepada rakan rakan beliau sesama aktivis dulu,” ujar kader muda Partai Aceh ini lagi. []