Atjeh Watch
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
Atjeh Watch
No Result
View All Result
Home Sosok

Kisah Anak Imam Masjid yang Menjadi Pelita Sepak Bola Afrika

Admin1 by Admin1
25/05/2020
in Sosok
0
Kisah Anak Imam Masjid yang Menjadi Pelita Sepak Bola Afrika

Lahir di desa miskin bernama Bambali di Senegal, 10 April 1992, Sadio Mane banyak menghabiskan waktunya di masjid. FOTO/Jan Kruger/Getty Images

LIVERPOOL – Sepak bola telah membawa perubahan besar pada kehidupan Sadio Mane. Lahir dari keluarga kurang mampu, pria asal Senegal tersebut menjelma menjadi pelita bagi sepak bola Afrika.

Lahir di desa miskin bernama Bambali di Senegal, 10 April 1992, Mane banyak menghabiskan waktunya di masjid. Ayahnya seorang Imam masjid sekaligus guru agama yang berpenghasilan pas-pasan.

Ketertarikan pada si kulit bundar dimulai sejak usianya masih belia. Namun, baru di usia 15 tahun Mane memberanikan diri ikut trial diGenerational Foot, sebuah akademi sepak bola yang berdiri di Dakar, ibu kota Senegal.

Lantaran keluarganya miskin, Mane sampai harus meminjam uang temannya untuk membiayai perjalanan dari desa Bambali ke ibu kota. Sebuah sumber lain, Goal International, menyebut Mane pergi ke seleksi akademi itu dibiayai oleh sang paman.

Mane tiba di pusat seleksi akademi sepak bola itu dengan sepatu koyak dan celana butut. Penampilannya sangat tidak meyakinkan, tetapi Mane membuktikannya dengan semangat dan teknik permainan yang di atas rata-rata anak seusianya.

“Seseorang mendatangi saya dan berkata ‘bagaimana kamu bisa bermain sebagus itu dengan sepatumu yang jelek’ kemudian saya menjelaskan bahwa ini sepatu terbaik yang saya punya,” kata Mane dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu, dikutip France Football.

Meski sepatunya jelek, Mane berhasil menyingkirkan 300 pesepak bola muda lain, dan terpilih masuk akademi. Dari sini kariernya perlahan mulai merangkak naik.

Dari akademi sepak bola Generational Foot, Mane diboyong klub Prancis, FC Metz. Di sana Mane mulai punya penghasilan sendiri meski tidak terlalu besar karena ia bermain untuk tim B (bukan tim utama).

Setahun bermain di tim B, penyerang sayap itu dipromosikan ke tim utama. Tak butuh waktu lama, klub Bundesliga, RB Salzburg yang melihat bakat Mane langsung memboyongnya ke tim utama hingga 2014.

Nama Mane semakin menjadi perhatian jurnalis dunia ketika ia diboyong klub Inggris, Southampton. Dua tahun bermain di sana, raksasa Premier League Liverpool memboyongnya dan memberinya kesempatan tampil di tim utama.

Empat tahun memperkuat Liverpool, Sadio Mane sukses mempersembahkan tiga trofi bergengsi, yakni Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Tahun lalu, ia dinobatkan menjadi Pemain Terbaik Afrika mengalahkan Riyadh Mahrez dan rekan satu timnya di Liverpool, Mohamed Salah.

Mane kini punya nama besar, gaji nya pun miliaran rupiah per pekan. Tetapi pemuda 27 tahun itu setap menjadi ‘sepatu koyak’ yang sederhana. Mane tidak mengoleksi mobil, tidak menghabiskan uangnya di kelab malam, tidak pula membangun rumah super mewah.

Pemuda asal desa miskin itu membangun rumah sakit di negaranya. Ia juga membangun lapangan sepak bola untuk anak-anak di Senegal, dan yang tak banyak disorot Mane juga membangun masjid di tanah kelahirannya.

“Selamat Idul Fitri” tulis Mane untuk tujuh juta pengikutnya di Instagram.

Sumber: Sindonews

Tags: Sadio ManeSepakbola Afrika
Previous Post

Positif Thinking, Ini Hikmah Bagi Para Jomblo Idul Fitri di Tengah Corona

Next Post

Tips Mencari Pasangan bagi Para Jomblo Selama Idul Fitri

Next Post
Tips Mencari Pasangan bagi Para Jomblo Selama Idul Fitri

Tips Mencari Pasangan bagi Para Jomblo Selama Idul Fitri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Satu Jemaah Haji Aceh Asal Pidie Wafat di Makkah

Bertambah, Jemaah Haji Aceh Wafat di Arab Saudi Jadi 7 Orang

16/06/2025
Selama Liburan, Santri Dayah DQA Diingatkan untuk Tetap Belajar dan Menjaga Hafalan Alquran

Selama Liburan, Santri Dayah DQA Diingatkan untuk Tetap Belajar dan Menjaga Hafalan Alquran

16/06/2025
Mahasiswa di Aceh Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Kos

Seorang Nelayan Tewas Akibat Lakalantas di Aceh Jaya

16/06/2025
Mahasiswa di Banda Aceh Demo Tolak Penetapan 4 Pulau Aceh Jadi Milik Sumut

Mahasiswa di Banda Aceh Demo Tolak Penetapan 4 Pulau Aceh Jadi Milik Sumut

16/06/2025
FAH UIN Ar-Raniry Kirim 28 Mahasiswa KPM Internasional ke Malaysia dan Thailand

FAH UIN Ar-Raniry Kirim 28 Mahasiswa KPM Internasional ke Malaysia dan Thailand

16/06/2025

Terpopuler

Andi Firdaus Ditunjuk Jadi Jubir Bupati Pidie

Andi Firdaus Ditunjuk Jadi Jubir Bupati Pidie

16/06/2025

Krak, Mendagri Persilakan Pemindahan 4 Pulau di Aceh Digugat ke PTUN

Prabowo Ambil Alih Persoalan 4 Pulau yang ‘Diributkan’ Aceh-Sumut

Nazar Apache Meriahkan Puncak HUT ke 18 Tahun Pidie Jaya

Pusat Hilang Akal Sehat,Referendum Langkah Tepat Bagi Rakyat Aceh Tentukan Masa Depan Nya

  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2022 atjehwatch.com

No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video

© 2022 atjehwatch.com