Oleh : Roni Haldi
“Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi. [Surat Al-Anbiya’ 70].”
Jahat adalah kelakuan atau tabiat seseorang buruk sangat tidak baik. Kejahatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku, dilakukan oleh seorang atau kelompok berakibat merugikan seorang atau banyak orang.
Ayat 70 dari surat Al Anbiya’ itu adalah rangkaian panjang dari kisah keberanian dan kecerdasan yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim Alaihi salam mengemban risalah dakwah ilallah. Di usia nya yang masih tergolong muda, Nabi Ibrahim telah menampilkan semangat dakwah yang egaliter tak tendeng aling. Berawal dari ajakan seruan menggambarkan diri semata-mata untuk Allah tak dianggap angin lalu, hingga Nabi Ibrahim menjalankan rencananya menghancurkan sejumlah berhala berkeping-keping kecuali yang paling besar disisakan agar dijadikan bukti kebenarannya.
Kemarahan pun terjadi di tengah negeri, Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang zhalim.” Nama Nabi Ibrahim pun disebut, protes dan ketidaksukaan terhadap Tuhan panutan mereka dihubungkan mengarah dikaitkan dijadikan alasan melegalkan menuduh menumpahkan seluruh kesalahan. Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata, “Sesungguhnya kamulah yang menzhalimi (diri sendiri).” Kemudian mereka menundukkan kepala (lalu berkata), “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.” Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” Ternyata dialog yang sebenarnya telah membuka kerancuan metode berfikir mereka tapi tetap tak mengubah keadaan sesuai keinginan mereka. Malah mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat.”
Dakwah laju jalannya selalu ditentang dihadang oleh musuh yang tak sudi melihatnya menyebar tumbuh berkembang diakui banyak orang. Terlebih-lebih jika kekuasaan berdiri di kutub yang berlawanan. Sudah tentu setiap gerak gerik dakwah beserta penyeru dan pengikutnya akan dibenci dimusihi dan bahkan berusaha di lenyap binasakan.
Allah SWT dalam kisah penentangan terhadap dakwah Nabi Ibrahim alaihi menggunakan kata “Al kaidu” yang diartikan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya Al Qur’an Al’Adzhim sebagai bentuk hukuman pembalasan raja Namrudz terhadap ulah Nabi Ibrahim dengan membakarnya hidup-hidup. Al Kaidu adalah usaha terencana tersembunyi untuk menyingkirkannya musuh tanpa diketahui siapapun. Sering juga diistilahkan dengan muslihat jahat. Semua potensi akan dikerahkan demi mencapai tujuan yang diinginkan. Al Kaidu atau muslihat jahat itu adalah wujud ketakutan ketidakberdayaan diri atau kelompok menghadapi langsung musuhnya. Sama halnya dengan sepuluh saudara Yusuf yang dikisahkan tak pernah menyebut langsung secara jelas nama Yusuf dalam mufakat jahat mereka, tapi diganti dengan kata “dia”. Membuktikan kelemahan yang dimiliki saudara Yusuf dalam usaha penyingkirannya.
Tampilan luarnya kejahatan itu terlihat kekar kuat tapi hakikat didalamnya lemah tak berpendirian. Ini dibuktikan Allah dalam kisah muslihat jahat fitnah wanita terhadap nabi Yusuf alaihi salam. (إن كيدكن عظيم) walau muslihat jahat mereka malah tapi tetap meninggalkan kelemahan. Segala cara telah di tempuh dilakukan tali tetap menemui kegagalan. Nabi Yusuf alaihi salam tetap tak tergoyahkan imannya tak tergoda bujuk rayu perempuan yang penuh hasrat jahat.
Rencana jahat yang berujung pembinasaan terhadap dakwah dan penyerunya Nabi Ibrahim Alaihi salam tetap tak menemui hasil yang diharapkan. Bukannya Nabi Ibrahim mati hangus dimakan api besar tapi malah malu mereka dapatkan karena atau perintah Allah SWT api besar menyala tak sedikitpun menyentuh menjilat kulit Nabi Ibrahim Alaihi salam bahkan berubah menjadi jadi dingin menyejukkan membawa keselamatan.
Itulah yang disampaikan oleh Syekh Sya’rawi dalam tafsirnya. Bahwa kejahatan tetap dan pasti
menemui kerugian. Cepat ataupun lambat. Karena janji Allah itu pasti. “Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi.”
Jangan pernah membuka pintu bagi kejahatan yang kecil sekalipun, karena kejahatan yang lebih besar akan silih berganti menyelinap menghampiri. Kejahatan, besar ataupun kecil pelakunya pasti akan ditimpa dihimpit kerugian. Kebaikan lebih kuat dari kejahatan; cinta lebih kuat dari kebencian;
cahaya lebih kuat dari kegelapan.