Oleh : Roni Haldi
Sering, bentuk tindakan manusia mengacu pada pandangannya tentang baik dan buruk. Nilai kebaikan dan keburukan senantiasa akan menjadi sumber rujukan dalam melakukan berbagai tindakan dalam hidupnya. Bahkan diyakini umum, bahwa dimana ada kebaikan maka akan muncul keburukan. Atau sebaliknya, jika ada kebatilan maka akan datang kebenaran.
Allah telah ciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Kuat dan lemah, menang dan kalah, panjang dan pendek, tinggi dan rendah, besar dan kecil, jantan dan betina, laki-laki dan perempuan, putih dan hitam, ketaatan dan kemaksiatan, kebaikan dan keburukan, pahala dan dosa dan seterusnya.
Kebaikan sudah jelas dan begitu juga dengan keburukan. Seiring dengan ketentuan ketetapan dari Allah SWT. Dan ganjaran dari keduanya pun telah dipaparkan. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengomentari, bahwa orang-orang yang berbuat ihsan di dunia dengan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengerjakan amalan shalih, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan al-husna (kebaikan-kebaikan) di akhirat kelak. Kepastian ini berdasarkan firman Allah dalam surat ar-Rahmân ayat 60, yang artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”
Begitulah hal nya dengan keburukan dan pelakunya. Keburukan atau maksiat itu tidak sempit cakupannya, menentang, melanggar, membangkang dan mendurhakai ketentuan Allah juga dikategorikan telah bermaksiat. Sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat An Nisa’ ayat 14 : “Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.”
Kebaikan dan keburukan selalu berpasangan saling mengikuti, apakah keduanya sama?
قُلْ لا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ
Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,……( Al Maidah: 100)
Al-Wahidi dan Al-Ashpahani mengetengahkan sebuah hadis dari sahabat Jabir dalam kitab At-Targhib, bahwa sewaktu Nabi saw. menuturkan ayat pengharaman khamar, tiba-tiba ada seorang badui (orang kampung) berdiri seraya bertanya, “Saya adalah seorang pedagang dan ini adalah barang daganganku, aku telah mendapat keuntungan harta dari hasil perdaganganku. Kemudian apakah harta itu bermanfaat bagiku jika aku gunakan untuk berbuat taat kepada Allah?” Lalu Nabi saw. menjawab, “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima (amal) kecuali hanya yang baik (yang halal).” Tidak lama kemudian Allah membenarkan perkataan Nabi-Nya itu melalui firman-Nya, “Katakanlah, ‘Tidak sama yang buruk dengan yang baik…'” (Q.S. Al-Maidah 100).
Dan dalam surat Fathir ayat 19-22 Allah tegaskan lagi ketidaksamaan antara kebaikan dan keburukan. “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya. dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas. dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.”
Ternyata keduanya walau berpasangan tapi tetap tak sama dan takkan bisa bekerjasama. Walaupun banyak orang berkumpul menyatakan ingin mengkompromikan antara keduanya, yakinlah kesia-siaan yang pasti didapat. Syekh Mutawally Sya’rawy pernah berkata:
لا تجد أبدا معركة بين حق و حق لأن الحق واحد ولا تطول معركة بين حق وباطل لأن الباطل زهوقا.
“Tidak akan ditemukan untuk selamanya perperangan antara kebenaran melawan kebenaran karena kebenaran itu satu, dan tidak akan berlangsung lama peperangan antara kebenaran melawan kebatilan karena kebatilan itu pasti binasa”.
Sebuah keyakinan yang mesti ditanam dalam, bahwa umur keburukan tidaklah berlangsung lama. Walau kebaikan terseok-seok ketimpangan, tetap segala bentuk muslihat keburukan akan menemui kebinasaan. Kebaikan akan selalu memenangi pertarungan bukan keburukan. Dan ingatlah, tak semua yang berpasangan itu harus sama, adakalanya berpasangan tapi tak sama. Kebenaran tetaplah kebaikan dan kebatilan tetaplah keburukan. Baik mendatangkan bahagia dan buruk menjerumuskan celaka. Maka berbuatlah baik dan jauhkan diri dari keburukan.