MEUREUDU – Empat tahun sudah gempa di Pidie Jaya berlalu dan ada ribuan rumah dibangun oleh pemerintah setempat melalui BPBD. Tapi anehnya masih ada beberapa unit rumah yang belum rampung dikerjakan dan belum bisa dihuni oleh sang pemilik rumah. Padahal batas waktu pekerjaannya sudah selesai.
Hal ini terungkap oleh laporan salah satu warga korban Gempa kepada atjehwatch.com jum’at 26 juni 2020.
Ella Dawati yang didampingi oleh ayahnya, Aiyub bin Awahi, warga gampong sunong kecamatan Meurah Dua, mengatakan kesal atas ulah rekanan yang sekarang menjadi salah satu anggota dewan DPRK Pidie Jaya terhadap pekerjaan rumahnya yang hingga sekarang belum selesai hingga belum bisa ditempati olehnya. Anehnya, kata dia lagi, rumah bantuan gempa tahap kedua sudah selesai dikerjakan oleh pihak rekanan lainnya.
“Sudah hampir 3 tahun tapi belum juga selesai di bangun oleh pihak rekanan. Ada apa ini? Rumah lainnya sudah selesai dibangun dan bahkan rumah tahap kedua sudah selesai dibangun tapi kenapa rumah kami yang seharusnya sudah selesai malah dibiarkan begitu saja hampir 3 tahun ini belum selesai,” ujarnya dengan nada sedih dan kecewa.
Sementara Sekretaris Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya Okta Handipa menjelaskan, ada 2999 unit rumah dengan katagori rusak berat dengan harga Rp.85.000.000 perunit, kemudian ada rumah katagori rusak sedang ada 2799 unit dengan harga Rp.20.000.000. Dan apabila ada Pokja atau rekanan yang belum selesai pekerjaannya tahap pertama dan tahap kedua mereka akan segera memanggil dan meminta keterangan sesuai mekanisme yang berlaku dan akan segera membentuk tim untuk mengecek langsung ke lapangan
“Kami segera memanggil Pokmas setempat Senin minggu depan karena anggaran pekerjaan sudah ditarik 100% Oleh Pokmas, dan masih ada beberapa rumah lainya juga belum selesai di selurah Pidie Jaya ini, dan apabila belum selesai dikerjakan sesuai item yang harus dikerjakan, maka kami tidak segan segan menempuh jalur hukum yang berlaku,” kata Okta. [ ]