BANDA ACEH – Penyair Din Saja siap maju di bursa pemilihan Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA), namun Din Saja yang bernama asli Fachruddin Basyar belum bisa memastikan pelaksanaan Musyawarah Besar lembaga itu terlaksana walau kepengurusan sekarang sudah berakhir 2019 lalu.
“Waktunya tidak lama lagi. Saya akan mendaftar menjadi Ketua DKA,” kata Din Saja kepada media ini di Banda Aceh, Kamis (2/7).
Kata Din Saja, dirinya yakin apabila terpilih akan menjadikan Dewan Kesenian Aceh menjadi lembaga yang sungguh-sungguh mengayomi seniman, menyalurkan dan membuka peluang pada karya-karya mereka.
“Yang penting kita dorong Mubes cepat dilaksanakan supaya ada dasar yang kuat membenahi DKA,” ujar Din Saja.
Saat ini pengurus DKA periode 2014-2019 diketuai Nur Maida, dengan wakil Ketua Chairul Anwar, Lisma Rahmi SH, Maiwan Syah Putra, Ahmad Mirza Safwandi, Sekretaris Lilawati dan Bendahara Warlisda
Seniman Din Saja yang bernama asli Fachruddin Basyar lahir di Banda Aceh, 31 Januari 1959. Sejak tahun 80-an Din Saja dikenal sebagai pekerja Teater. Dialah yang mendirikan Teater Moeka di Padang bersama Rizal Tanjung.
Di Padang Din Saja sempat mementaskan teater berjudul Oedipus Rex (Sophocles), Malin Kundang (Wisran Hadi), Isa AS (teater tanpa kata), Malam Terakhir (Yukio Mishima), Bantal (adaptasi A.Alin De). Dia juga kerap melakukan pementasan puisi.
Puisi-puisi Din Saja juga kerap dipublikasikan di Serambi Indonesia kala itu, dan juga terus melakukan perjalanan seni ke Palembang, Jakarta, Bandung dan Medan. Pada tahun 1988 Din Saja kembali ke Banda Aceh. Di Aceh Din Saja menunjukkan vitalitasnya sebagai seniman. Namun dia sadar, pada tahun 1990 dirinya masih menjadi penyair baru, sehingga harus menjalani masa tempaan yang lama.
Sebelum 1990 itu puisi-puisinya juga telah masuk antologi ed.Isbedy Stiawan ZS (1985), dan KSA3 (TBA/KSA, 1990). Baru pada tahun 1993 ada empat antologi puisi yang memuat puisi-puisi Din Saja yaitu Nafas Tanah Rencong (DKA), Banda Aceh (DCP Production), Lambaian (Deptrans Aceh) dan Sosok (LSA). Pada tahun 1995 terbit antologi tunggal Din Saja berjudul Sirath (LSA). Seterusnya berlanjut ke antologi Seulawah, Setengah Abad Indonesia Merdeka (TB Solo) serta beberapa antologi lainnya. Di Banda Aceh din saja membentuk Teater Alam dan Lembaga Seni Aceh (LSA).[]