Jakarta – Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan gempa bumi berkekuatan 5,5 magnitudo mengguncang wilayah Banda Aceh, Aceh pada Senin (13/7) pagi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (Thrust Fault),” kata Daryono kepada CNNIndonesia.com, Senin (13/7).
Daryono menjelaskan guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Banda Aceh dengan kategori III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu ).
Gempa bumi juga dirasakan Sabang dan Sigli dengan kategori II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ).
“Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” ujar Daryono.
Daryono mengatakan hingga pukul 08.11 WIB, Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M=5,4. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,12 LU dan 94,32 BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 120 km arah Barat Daya Kota Banda Aceh, Aceh pada kedalaman 34 km.
Daryono mengatakan gempa kuat dapat terjadi kapan saja dan belum bisa diprediksi secara akurat. Namun demikian, diharapkan masyarakat dapat melakukan upaya mitigasi bila suatu waktu terjadi gempa dan tsunami.
Ia menjelaskan, masyarakat perlu memahami cara selamat saat terjadi gempa, dengan cara segera mencari perlindungan diri.
“Selain itu masyarakat perlu menyiapkan bangunan tahan gempa dan membuat tata ruang pantai berbasis risiko bencana tsunami, termasuk memahami konsep evakuasi mandiri dengan cara menjadikan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Sehingga kita harus segera menjauh dari pantai,” kata Daryono.