WARUNG kopi itu seluas tiga muka kios. Ada sejumlah anak muda yang sedang berselancar di dunia maya. Beberapa bapak-bapak terlihat duduk di sisi kanan warung.
Seorang bertubuh kekar dan kulit coklat. Umurnya kira kira 43 tahun. Sementara dua lainnya bertubuh kurus dengan urat tangan terlihat jelas dari kejauhan. Mereka menyeruput kopi bersama.
Wartawan atjehwatch.com bergabung semeja dengan pria ini.
Hujan yang mengguyur pesisir Aceh Besar pada Senin sore, 20 Juli 2020, sekitar pukul 16.45 WIB, membuat warga berdiam diri di rumah. Beberapa terjebak di warung kopi karena tak bisa pulang dengan sepeda motor. Termasuk kami yang hanya bermodalkan sepeda motor.
Pria bertubuh kekar tadi tiba-tiba memeluk badan. Ia menggigil karena basah diterjang air hujan dalam perjalanan ke warung kopi.
“Pakon nyan peu covid?” ujar bapak-bapak di depan kami.
Bapak-bapak tadi sering kami panggil dengan sebutan Teungku Din. Ia tinggal di seputaran Kajhu Aceh Besar. Sebelahnya ada seorang pria paruh baya lainnya. Sedangkan pria berbadan kekar tadi adalah Ibrahim, warga komplek Labuy, Aceh Besar. Hanya berselang 4 kampung dari lokasi kami ngopi.
“Kon teungku. Sijuek keunoe ujen,” kata Ibrahim.
Pria yang dipanggil Teungku Din tersenyum.
“Nyan jep ubat laju begitu woe u rumoh. Bek jak u rumoh saket dilee, bisa-bisa dipeugah Covid eteuk,” kata pria di sebelah Teungku Din.
Pembahasan soal Covid memang sedang menghangat di pesisir Aceh Besar. Ini karena ada dua warga di pesisir Aceh Besar yang meninggal dunia dalam kemudian divonis positif Corona.
Satu orang warga Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, dan seorang warga lainnya beralamat di Kajhu, kecamatan Baitussalam.
Konon, kata pria di samping Teungku Din, keduanya memang mempunyai riwayat sakit jauh sebelum Covid-19 merebak di Aceh.
“Mereka tak pernah keluar daerah tapi begitu dirawat divonis covid-19,” ujarnya.
“Yang dari Neuheun berhasil dimakamkan dengan protokol kesehatan Covid. Sementara yang dari Kahju diambil paksa oleh keluarga, karena masyarakat yakin yang bersangkutan tak terkena covid.”
Menurutnya, pasien dari Kajhu tadi memang sudah sakit sakitan sejak lama. Banyak warga yang berkunjung saat pasien tadi masih hidup.
“Kategori covid inilah yang kita tidak tahu dari mana mereka (petugas di RSUZA-red) berkesimpulan. Kalau benar beliau covid, yang memandikan jenazah dan warga seluruh Monsinget pasti sudah kena semua, tapi hasil rapid tes mereka negatif semua,” kata Teungku Din menambahkan.
Kata Teungku Din, demikian juga dengan warga Neuheun yang divonis Covid dan kemudian meninggal.
“Keluarga dan tetangganya di rapid tes, dan ternyata juga negatif,” kata Teungku Din.
Teungku Din enggan berspekulasi soal isu Covid yang merebak di Aceh saat ini.
“Mungkin ada satu dua. Tapi kok sekarang seperti begitu mudah divonis Covid di RSUZA,” ujarnya.
“Di RSUZA, asai ureung meninggal saket, ka Covid..”
Maka Teungku Din meminta Ibrahim untuk tak ‘main’ hujan dan makan durian untuk sementara waktu.
“Meski sekarang lagi musim durian, bek pajoh dilee. Leubeh-leubeh yang na riwayat kolesterol atau darah tinggi. Sebab meunyoe saket, ka pasti dipeugah gejala Covid,” kata dia.
“Idrokuh, meunyoe droe ka tamong u RSUZA, ka jeulas hana kujak. Bek dikarantina 14 ureung, deuk aneuk dan inong,” katanya lagi.
Statemen Teungku Din ini membuat Ibrahim dan rekannya lain tertawa lepas.