BANDA ACEH – Menanggapi atjehwatch yang berjudul “Tidak Ada Wahabi di Aceh” pada acara bincang santai (Bisa) seri-5 yang digelar oleh Forum Koordinasi Pencegahan terorisme (FKPT) Aceh secara virtual, Selasa 21 Juli 2020, di Banda Aceh dan bedah buku karya Prof. Dr. Hasbi Amiruddin, M.A.
Ketua Tastafi Banda Aceh Teungku H. Umar Rafsanjani. Lc. MA membantah dengan tegas seraya mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Prof. Hasbi itu sangat bertolak belakang dengan realita yang terjadi di lapangan.
“Justeru fakta yang terjadi sekarang di Aceh paham wahabi sudah pada tahap memprihatinkan, “lampu kuning” jika boleh saya katakan,” kata Rafsanjani.
“Walau dengan senyap senyap dan taqiyah paham wahabi di Aceh sudah masuk kesemua lini, baik di kampus, jajaran pemerintahan, majelis pengajian serta di beberapa titik pesantren atau sekolah yang di kelola langsung oleh para praktisi wahabi dengan donasi luar negeri, bahkan ke dalam dunia bisnis seperti kuliner dan sovenir ala timur-tengah mereka sudah semakin exis.”
“Jika perlu, saya bersama rekan rekan Aliansi Ormas Islam di Aceh siap untuk membuktikan semua itu. Silahkan undang kami ke forum itu atau mari kita terjun sama sama ke lapangan. kita berbicara fakta bukan seperti jual kucing dalam karung. Jika tidak ada wahabi di Aceh maka tidak akan ada kejadian kericuhan atau gesekan kecil di beberapa titik antara kami pejuang Ahlussunnah Waljama’ah dengan para aktivis wahabi yang semakin meraja lela di Aceh. Penolakan demi penolakan yang kita lakukan bukan karena ada kepentingan ini itu seperti yang dituduh kepada kami oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,” katanya lagi.
“Lucu juga kalau Prof. Hasbi katakan belum ada kajian mendalam tentang wahabi di Aceh, apa belum cukup dengan kajian dan fatwa MPU Aceh tentang keberadaan kelompok wahabi salafi di Titeu Pidie beberapa tahun lalu, dan memang benar perbedaan dasar antara Aswaja dan Wahabi itu di bidang aqidah bukan furu’iyyah kita akui itu, dan nyatanya memang aqidah para wahabi sekarang di Aceh juga berbeda dengan manyoritas kita rakyat Aceh, aqidah mereka percaya Tuhan di langit berdasarkan dhahir ayat dan hadis yang mereka pahami, mereka juga menafikan i’tiqad lima puluh bahkan mengatakan sesat kepada aqidah manyoritas rakyat Aceh yaitu Asy’ary dan Maturidi, mereka menafi dan mengkafirkan ajaran Tasawuf, mereka meyakini Ayah dan Ibu Nabi ahli neraka. itukan seputar aqidah semua bukan furu’. jika pada aqidah mereka saja sudah melenceng apalagi berbicara tentang furu’, dimana mau lengket cabang jika pokoknya saja tidak ada? kan lucu!”
Kemudian, kata dia, tentang pemateri pembanding pada acara bincang santai itu seperti Pipinan Dayah Khamsatu Anwar Dr. Rgk Sirajuddin, MA, Pimpinan Madani Aziziyah Tgk Hatta LC., MA, Pimpinan Dayah Mishrul Huda Drs Tgk Rusli, M.A. tidak hadir, karena kebetulan semua pemateri itu ada agenda khusus di hari itu.
“Jadi tidak benar jika ada berita yang mengatakan bahwa forum melibatkan mereka semua. Di brosur ada tertera nama mereka tetapi diforum tidak hadir,” kata pria yang akrab disapa Haji Uma ini.