BANDA ACEH -Tenaga Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Irjen Pol. Ir. Hamli, ME mengatakan, jika ada kata-kata yang dimulai dengan kata Nasionalisme menghambat kita, itu salah satu pintu masuk paham radikalisme dan terorisme.
“Kita Indonesia bersepakat dari dulu berideologi Pancasila. Jika pun Indonesia dianggap tidak maju, maka jangan salahkan ideologinya, tetapi lihat kembali orang-orang yang berperan dalam menjalankan Negara,” kata Irjen Pol. Ir. Hamli, ME.
Hal itu disampaikan Irjen Pol. Ir. Hamli, ME terkait peran influencer dan media sosial pada acara Pelibatan Pelajar dalam pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui pelatihan pembuatan video pendek “Kita Indonesia” yang digelar Badan Nasional Pencehagan Terorisme 9BNPT) dan FKPT Aceh di Hotel Hermes, Banda Aceh, Rabu (26/8).
Ir. Hamli juga mengajak peserta untuk kembali melihat tahun 2000 sampai 2013, dimana Media Sosial radikalisasi kala itu masih terkesan offline, berbeda dengan taun 2013 sampai sekarang dimana Medsos radikalisasi meningkat secara online.
Menurut Ir. Hamli biasanya strategi efektif yang dilakukan dalam penyebaran radikalisme oleh kelompok Radikal dengan merebut Pasar Influencer seperti Profesional, Birokrat, Pengusaha Sektor Strategis, Da’I Populer, Artis/Seleb, Atlet Berprestasi, Pelajar/Mahasiswa Berprestasi, Tenaga Pendidik, PMI (Penanggung Jawab Ekonomi Keluarga), dan TNI/POLRI.
“Kedelapan kelompok itu dianggap mudah memberikan sugesti perilaku radikal kepada orang di sekitarnya dan masyrakat umum,” ujarnya.
Dijelaskan pula salah satu daya yang dibawa dalam merekrut adalah patron Agama, baik itu internet maupun offline. Doktrin-doktrin jihad beragama sering dibawa dalam merekrut. Sehingga jihad beragama secara komprehensif perlu dilakukan secara berkesinambungan.
“Namun tidak semua aksi dianggap terorisme, ada hukum yang sudah mengaturnya,” ujar Hamli
Ir. Hamli menyebut berdasarkan survei yang dilakukan BNPT pada tahun 2017 daya tangkal masyarakat terhadap strategi penyebaran radikalisme antara lain, menghidupkan Kearifan Lokal: Signifikan 99.43%, Kesejahteraan: Signifikasi 98,82%, Kebebasan: Signifikasi 75,66%, Kepercayaan Umum: Signifikasi 74,25%, Keadilan: Signifikasi 50,25%, Pertahanan dan Keamanan: Signifikasi 23,11%.
Selain Irjen Pol. Ir. Hamli, ME, tampil sebagai pembicara lainnya Ketua FKPT Aceh Dr. Kamaruzzaman, MA dan praktisi Film Teri Cola, 1) dan Kabid Media Massa, Hukum dan Humas FKPT Aceh Wiratmadinata, SH, MH. (ji)