BANDA ACEH – Ketua Komisi V DPR Aceh, M Rizal Falevi Kirani, menilai ada kebijakan dari eksekutif yang terkesan ditutup-tutupi dalam refocusing APBA 2020.
Menurut Falevi, dari satu kebohongan ke kebohongan lainnya. Hal ini akhirnya menciptakan kebohongan-kebohongan baru.
“Renovasi ruangan setda Aceh. Pengadaan mobil baru,” ujar Falevi.
“Jangan-jangan ada program pengadaan chip,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, M Rizal Falevi Kirani, menilai jawaban Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dalam sidang paripurna hak jawab atas hak interpelasi di DPR Aceh masih sangat normatif.
“Masih sangat normatif dan bicara angka-angka. Plt gubernur tak mau terbuka kepada DPR Aceh,” kata Falevi Kirani.
Dari awal, kata Falevi, Pemerintah Aceh tak mau terbuka dengan DPR Aceh serta terkesan ada yang ditutup-tutupi.
“Pertama, angka refokusing APBA 2020 untuk penanganan Covid-19 itu Rp1,7 triliun. Itu ketika orang yang terpapar Covid-19 baru 15 orang. Kemudian pada Juli, naik Rp2,3 triliun. Itu pun kita tahu dari pemberitaan media,” ujar pimpinan komisi V yang membidangi kesehatan ini.
Kemudian, kata dia, saat pihaknya berkunjung ke Kemendagri beberapa waktu lalu, DPR Aceh baru mengetahui jika angka refocusing APBA 2020 untuk penanganan Covid-19 ternyata Rp2,5 triliun.
Jumlah ini, kata Falevi, jauh lebih tinggi dari data sebelumnya dan termasuk salah satu provinsi dengan dana penanganan Covid-19 terbesar.
“Namun nyatanya realisasinya baru 10 persen. Ini yang kita sesalkan. Ada yang ditutup-tutupi,” ujar Falevi.