TANGISNYA memecah keheningan malam. Padahal jam sudah menunjukan pukul 23.15 WIB.
Saat pasien lain terbuai mimpi. Ia masih menjerit.
“Sakit, sakit.”
Suara itu terdengar dari Arafah I kamar 7 Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.
Ke sanalah kami berkunjung pada Jumat malam tadi.
Ada senator DPD RI asal Aceh HM Fadhil Rahmi Lc, Koordinator UAS untuk Aceh Nazaruddin Yahya Lc, Agam Iskandar Ketua Ikapda Aceh serta rombongan lainnya dari Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh lainnya.
Suara terdengar semakin kencang saat tiba di lokasi.
Suara tadi berasal dari ranjang milik seorang bocah bernama Bilal. Ia masih berumur 8 tahun. Namun sudah berulangkali masuk ke RSUZA Banda Aceh.
Bilal menderita Leukemia jenis ALL. Dalam bahasa kedokteran, penyakit ini dinamakan Acute Lymphoblastic/Lymphocytic Leukemia (ALL) atau leukemia limfloblastik/limfositik akut. Penyakit ini adalah tipe leukemia yang dimulai di sumsum tulang dan memengaruhi limfosit B atau T, yaitu sel darah putih yang belum matang.
Sel-sel leukemia ini kemudian menyerang darah dengan cukup cepat dan terkadang bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening, hati, limpa, sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan testis (pada pria).
Oleh karena itu, pasien dengan tipe leukemia ALL perlu segera mendapat perawatan medis agar tidak menjadi fatal. Adapun perawatan utama pada tipe leukemia ini, yaitu kemoterapi.
Kepala Bilal membengkak dibandingkan kepala anak-anak seumurannya.
Menurut Amir, ayah Bilal, anaknya divonis menderita Leukemia ALL sejak berumur 6 tahun.
“Selama ini, sudah berulangkali masuk rumah sakit. Saya berharap dan berdoa, Bilal bisa sembuh,” ujarnya lagi.
Amir sendiri adalah alumni Al-Azhar Kairo Mesir angkatan 2000. Ia adalah adik letting dari Syech Fadhil dan Ustad Abdul Somad atau UAS.
Lulus dari Al-Azhar, ia mengabdi sebagai Cekgu di Malaysia. Namun hidupnya di uji saat anaknya yang tertua, Bilal divonis sakit Thalesemia.
Amir harus pulang ke Aceh untuk membawa Bilal berobat. Sementara istrinya hanya berstatus Ibu Rumah Tangga (IRT) biasa dan berada di kampung halamannya, Pidie Jaya, untuk merawat anak mereka lainnya yang masih bayi.
“Mohon doanya,” ujar Amir kemudian. Ia menarik nafas berat.
Bersyukur, Amir memiliki rekan seperjuangan yang peduli padanya. Salah satunya dari IKAT dan Syech Fadhil. Mereka juga membantu biaya pengobatan Bilal.
Syech Fadhil sendiri terdiam lama di depan Bilal. Ia tidak bisa berkata-kata.
“Saya berdoa Bilal bisa sembuh dan bermain seperti anak lainnya,” ujarnya kemudian di depan Amir.
Rombongan meminta izin pamit setelah hampir 30 menit di ruang tadi. Syech Fadhil dan rombongan beranjak ke ruang lainnya untuk membesuk pasien lain.