Jakarta – Israel menyatakan gedung kantor media internasional di Jalur Gaza, Palestina, yang dihancurkan militernya pada Mei lalu kerap digunakan Hamas untuk mencegat sinyal operasi angkatan udaranya, terutama sistem Iron Dome.
Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Gilad Erdan, mengatakan bahwa atas dasar tersebut lah negaranya memutuskan untuk menghancurkan gedung yang menjadi kantor Associated Press (AP) dan Al Jazeera itu dalam pertempuran dengan Hamas pada Mei lalu.
“Unit gedung itu mengembangkan sistem jamming elektronik untuk digunakan melawan sistem pertahanan anti-rudal Iron Dome kami,” kata Erdan saat bertemu Kepala AP di New York.
Erdan mengatakan Israel melakukan segala upaya untuk memastikan tidak ada karyawan atau warga sipil yang terluka saat pertempuran terjadi.
Sementara itu, ia menganggap Hamas sengaja menempatkan fasilitas “terornya” di wilayah sipil untuk berlindung, termasuk di gedung dan kantor yang digunakan media internasional.
“Sebaliknya, Hamas adalah organisasi teroris genosida yang tidak menghargai pers. Ia sengaja menempatkan mesin terornya di wilayah sipil, termasuk di kantor-kantor yang digunakan media internasional,” ucap Erdan kepada AFP.
Dalam pertemuan itu, Erdan menawarkan bantuan Israel untuk membangun kembali kantor biro AP di wilayah tersebut.
Namun, pihak AP menuntut bukti dari Israel yang dapat menunjukkan bahwaHamas memiliki fasilitas rahasia di gedungbironya tersebut.
“Kami belum menerima bukti untuk mendukung klaim ini. AP terus menyerukan pembebasan penuh dari setiap bukti yang dimiliki Israel sehingga faktanya terbuka untuk umum,” bunyi pernyataan AP.
AP dan sejumlah kelompok pemerhati hak media menyerukan penyelidikan independen atas klaim Israel terhadap gedung yang bernama Menara Jala itu.
Kelompok-kelompok tersebut meminta pembuktian jika Hamas memang menggunakan gedung tersebut untuk operasi militernya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengklaim bahwa Menara Jala merupakan salah satu kantor intelijen “teroris” Palestina.
“Gedung itu menjadi kantor intelijen untuk organisasi teroris Palestina yang merencanakan dan mengatur serangan teror terhadap warga sipil Israel,” kata Netanyahu kepada CBS News, Minggu (16/5).
“Jadi itu adalah target yang benar-benar sah. Saya dapat memastikan bahwa kami mengambil setiap tindakan pencegahan agar tidak menimbulkan korban sipil. Pada kenyataannya, tidak ada kematian.”