IDI – 513 warga di Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, mengungsi di Kantor Camat setempat. Mereka meninggalkan rumah usai muncul bau menyengat diduga kebocoran gas.
“513 jiwa masih berada di pengungsian,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur, Ashadi, saat dimintai konfirmasi detikcom, Selasa (29/6/2021).
Bau menyengat di sana diduga berasal dari kebocoran gas salah satu perusahaan. Menurut Ashadi, pihaknya belum mendapatkan informasi terkini dari pihak perusahaan apakah para pengungsi sudah dibolehkan pulang atau belum.
Ashadi menyebut ada tiga tenda untuk para pengungsi. Bantuan untuk masa panik juga sudah mulai disalurkan sejak Senin (28/6).
“Sampai saat ini belum ada informasi ke saya sampai kapan warga mengungsi. Mudah-mudahan secepatnya bisa kita pulangkan mereka ke rumahnya,” ujar Ashadi.
Dia menyebutkan satu warga yang sempat dirawat di rumah sakit juga sudah dipulangkan. Saat ini tinggal satu pelajar yang masih dalam perawatan.
“Tapi informasinya hari ini dibolehkan pulang,” jelasnya.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto, mengatakan kebocoran gas itu diduga terjadi saat adanya kegiatan pencucian sumur gas untuk meningkatkan produksi. Titik lokasi kegiatan tersebut berjarak sekitar 12 kilometer dari perkampungan warga.
“Kebutuhan makan dan minum pengungsi telah disiapkan Dinas Sosial Aceh Timur dengan mengadakan dapur umum. Seluruh bahan pangan untuk makan dan minum itu dibantu sepenuhnya oleh PT Medco,” jelas Iswanto.
Sebelumnya, 13 warga Desa Panton Rayeuk Kecamatan Banda Alam, Banda Aceh mengalami mual hingga muntah setelah mencium bau menyengat. 11 orang dirawat di Puskesmas dan dua orang dirujuk ke rumah sakit.
Kejadian keracunan itu terjadi Minggu (27/6) malam. Saat itu, warga disebut mencium aroma menyengat yang tidak biasa dan beberapa masyarakat merasa mual, pusing hingga muntah.
VP Relations & Security Medco E&P Indonesia, Arif Rinaldi, mengatakan pihak perusahaan telah mengukur kadar gas di pemukiman warga usai ada masyarakat diduga keracunan. Hasilnya, katanya, tidak ditemukan gas yang menyebabkan timbulnya bau.
“Berdasarkan monitoring pekerja perusahaan di lokasi, hingga Minggu (27/6) malam tidak ditemukan adanya bau gas. Selain itu, perusahaan juga tidak sedang melakukan aktivitas yang berpotensi menimbulkan bau,” jelas Arif dalam keterangan kepada wartawan, Senin (28/6).
Menurutnya, pihak perusahaan telah berkoordinasi dengan Puskesmas, Rumah Sakit dan pihak keamanan terkait warga yang saat ini mengungsi. Dia menyebut perusahaan terus memantau aktivitas operasi.
“Kami juga telah berkoordinasi dengan BPMA dan aparat terkait serta berharap dukungan masyarakat, pemerintah serta pemangku kepentingan agar operasi perusahaan dapat berjalan aman,” jelasnya.