Jakarta – Mantan anggota parlemen India, Atiq Ahmed, tewas ditembak bersama saudara laki-lakinya, Ashraf Ahmed, saat hendak melakukan pemeriksaan kesehatan.
Insiden itu terekam dalam siaran langsung media televisi. Atiq adalah eks anggota parlemen dari Partai Samajwadi. Dia dan Ashraf diduga sebagai gembong organisasi kriminal lokal dan mafia tanah.
Rekaman insiden itu beredar luas di media sosial. Seorang laki-laki bersenjata terlihat meraih bahu polisi dan menodongkan pistol ke pelipis Ahmed.
Laki-laki itu lalu melepas tembakan ke targetnya. Beberapa detik kemudian, dia menembak Ashraf.
Dalam video lain, seorang laki-laki bersenjata terlihat berulang kali menembaki Ashraf saat keduanya tergeletak di tanah.
Mereka tewas beberapa menit usai insiden. Polisi lalu bergegas menahan tiga orang yang diduga melakukan pembunuhan tersebut.
Laporan media menyebut para penyerang menyamar sebagai wartawan. Satu orang menyerahkan diri setelah insiden, dan dua lainnya sempat kabur.
Saat ini, polisi sudah mengantongi identitas semua pelaku. Mereka yakni Lavlesh Tiwaari, Aru Maurya, dan Sunny Singh, demikian dikutip Indian Express.
Para pelaku berada di kerumunan jurnalis saat dua bersaudara diborgol dari rumah sakit kota Prayagraj, negara bagian Uttar Pradesh.
Atiq dan Ashraf hendak melakukan pemeriksaan kesehatan dan dikawal polisi saat insiden terjadi.
Menanggapi kejadian tersebut, ketua Partai Samajwadi, Akhilesh Yadav, mengatakan pembunuhan terhadap mantan anggotanya menunjukkan kegagalan partai berkuasa, Partai Bharatiya Janata (BJP), dalam menegakkan hukum dan ketertiban di Uttar Pradesh.
“Ketika seseorang bisa terbunuh dalam penembakan secara terbuka di tengah penjagaan keamanan polisi, lalu bagaimana dengan keselamatan masyarakat umum,” kata Yadav di Twitter.
Sementara itu, pemerintah Uttar Pradesh memerintahkan penyelidikan atas pembunuhan tersebut. Mereka juga melarang pertemuan lebih dari empat orang di wilayah itu.
“Pemerintah negara bagian memberlakukan perintah pembatasan setelah pembunuhan Atiq Ahmed dan Ashraf Ahmed yang merupakan anggota mafia besar, yang terlibat dalam perampasan tanah dan kasus pembunuhan,” kata seorang pejabat polisi senior, seperti dikutip dari Reuters.
“Kami tidak ingin segala bentuk protes mendapatkan momentum,” lanjut dia.