Said Faisal Baabud, Mantan Deputi Ekonomi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias, mewakili para koleganya mengatakan, BRR itu adalah seperti berlayar sambil membangun kapal, dan menghadapi badai sangat dahsyat karena ketika datang memang tidak ada apa-apa, karyawan cuma ada 12, kantor menginap tidak tahu dimana.
“Menerobos badai, membangun kapal itu dan mencapai tujuannya karena ada seorang pemimpin yang namanya Doktor Kuntoro Mangkusubroto, ujar Said Faisal, ketika menyampaikan sambutan, saat para alumni BRR melakukan samadiyah atas wafatnya Mantan Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias Prof Dr Kuntoro Mangkusubroto, Selasa (19/12) malam, di Kalibata, Jakarta.
Sekitar 100-an para alumni pegiat rehab rekons Aceh melakukan samadiyah dan tahlilan di rumah kediaman Alm. Kuntoro Mangkusubroto, di Kawasan Perumahan Kalibata Indah, Jakarta Selatan.
Selain Ramli Ibrahim dan Said Faisal Baabud, hadir mantan pejabat BRR antara lain Bambang Sudiatmo (Mantan Deputi Perumahan dan Permukiman), Amien Subekti (Mantan Deputi Keuangan), Bima H Wibisana (Mantan Deputi Kelembagaann), dr Taqwallah (Mantan Kepala Regional V), Heru Prasetyo (Mantan Direktur Hubungan Internasional), J Kamal Farza (Mantan Direktur Perumahan), Mahdi Zakaria (Mantan Direktur Umum), Teuku Surya Dharma (Mantan Ketua Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda), dan banyak lagi.
“Saya waktu itu usianya masih 35,” kenang Said, “Masih terlalu muda untuk beban yang begitu besar,” lanjut Said. “Dan tidak pernah ada di antara kami semua yang pernah diajarkan atau berpengalaman menghadapi krirsis sebesar itu. Jangankan kami, dunia saja tidak pernah tidak pengalaman menghadapi krisis sebesar itu (tsunami Aceh -red). Dan kami melewati itu karena ada pemimpin yang namanya Doktor Kuntoro Mangkusubroto,” papar Mantan Direktur ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance (AHA Centre) itu dengan perasaan haru.
AHA Centre merupakan organisasi inter-pemerintah yang bertujuan memfasilitasi kerjasama dan koordinasi antar negara anggota ASEAN dengan organisasi internasional lainnya terkait penanggulangan bencana di kawasan ASEAN.
“Kenapa kami mengatakannya pemimpin bukan atasan? Kalau atasan itu dia berakhir ketika kontrak kita berakhir, Apakah itu sudah selesai ketika dia tidak menjabat dan saya tidak lagi di situ, selesai. Tapi yang namanya BRR itu, mau yang di Aceh atau Jakarta terus bersama,” ujar Putra Aceh itu.
Said Faisal menggambarkan, para alumni BRR, senang sekali ketika setelah tidak ada lagi BRR tiba-tiba diajak bertemu dengan Pak Kuntoro. “Itu senangnya luar biasa. Seberapa banyak diantara kita itu yang senang ketemu dengan pemimpin yang suka atasannya sebelumnya, kalaupun pergi karena enggak enak. Tapi beda ketika diajak ketemu dengan Pak Kuntoro, kita senang sekali. “Dan itu sedih betul umpamanya kalau enggak tahu ada pertemuan itu.” Jelas dia.
Menurut Said Faisal, begitu besar dampak yang diberikan oleh Pak Kuntoro kepada mereka, apalagi yang muda-muda yang sedang sibuk mencari siapa idola untuk menjadi pemimpin dan ingin seperti dia, dan orang itu hadir dan di depan mata kami selama 4 tahun.
“Kami bercerita bahwa sebenarnya kami-kami ini adalah orang orang yang beruntung, karena dipimpin oleh Pak Kuntoro dan beruntung karena sebelum 4 tahun itu bisa beramal berbuat baik untuk Aceh dan juga mungkin untuk bangsa ini.” kata Said Faisal.
“Jadi untuk ini sebenarnya ketika kita semua melihat hasil karya Pak Kuntoro, kami-kami diberi kesempatan dipimpin oleh Pak Kuntoro, tentunya ada juga yang berkorban yaitu keluarganya pak Kuntoro. 4 tahun tentunya anak-anak jauh dari ayah, ibu juga harus ke Aceh ke tempat yang baru diterjang tsunami. Untuk itu Ibu dan anak-anaknya Pak Kuntoro, kami sangat berterima kasih atas kesabaran itu selama 4 tahun atas dukungan yang ibu dan anak-anak berikan, sehingga Pak Kuntoro itu selalu hanya satu hal yang ada di perbincangan beliau, “bagaimana kita membangun Aceh ini menjadi lebih baik?”
“Terima kasih sekali atas kesempatannya dan malam ini bisa berdoa agar Pak Kuntoro, pimpinan kami semua diberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya.”
Mantan Sekretaris Badan Pelaksana BRR NAD Nias Ramli Ibrahim mengatakan, Pak Kuntoro bukan sekedar Pahlawan Tsunami, melainkan Pahlawan bagi Aceh dalam membangun kehidupan lebih baik, paska Aceh sangat terpuruk oleh bencana dan konflik.
“Beliau saya tahu betul mengorbankan banyak hal untuk ke Aceh, hidup dan tinggal di Aceh, merubah Aceh menjadi lebih baik.” ujar Presiden Jakarta Golf Club itu.
Dalam kesempatan itu, salah satu Mantan Direktur Perumahan BRR NAD Nias, J Kamal Farza, mengumpulkan sejumlah tanda tangan untuk mengusulkan kepada Pemerintah Aceh agar dibuatkan nama jalan Kuntoro Mangkusubroto di salah satu jalan protokol di Banda Aceh.
“Suratnya sudah kita kirimkan kepada Gubernur dan tembusannya kepada Ketua DPRA. Mohon bantuan teman-teman untuk mengawal dan memastikan, usulan itu diterima dan dijalankan oleh pemerintah Aceh,” pinta Kamal.