Oleh Syahril Maulid MPd. Penulis adalah pengiat media sosial dan warga Aceh yang kini menetap di Surabaya.
PEMAPARAN calon gubernur Aceh, Muzakir Manaf, terkait rencana besarnya untuk membangun ‘Syiah Kuala Islamic Center’ dalam visi misi di DPR Aceh masih menjadi perdebatan panjang di social media Aceh.
Tentu ada pro kontra terkait hal ini. Sebahagian pendukung Mualem-Fadhlullah ‘pastinya’ mencari berbagai alasan guna membenarkan bahwa konsep tersebut merupakan visi besar dalam membangun di Aceh. Dan memang hal tersebut tak salah.
Karena memikat publik dengan program ‘cet langet’ walaupun tanpa perencanaan yang matang, guna mendulang suara di pilkada Aceh juga dianggap sah-sah saja.
Penulis juga untuk menarik meramaikan ide ini. Sebagai ‘orang berakal’ juga perlu mengkritisi program tersebut. Karena semestinya, ada beberapa hal yang perlu dibedah agar misi pembangunan ‘Syiah Kuala Islamic Center’ tak menjadi lelucon baru di Aceh.
Pertama, sesuai dengan video visual yang ditampilkan Cagub Aceh Muzakir Manaf, yaitu rencana pembangunan ‘Syiah Kuala Islamic Center’ digadang-gadang sebagai pusat zikir dan manasik haji terbesar di Asia.
Proyek besar ini terkesan mubazir dan tanpa perencanaan yang matang. Pasalnya, saat ini Aceh memiliki Asrama Haji sebagai lokasi manasik. Kemudian Kemenag Aceh dan Kemenag kabupaten kota juga sudah membangun sejumlah lokasi yang bisa dijadikan tempat manasik melalui program ‘manasik haji sepanjang tahun.’
Dengan hal ini, umat Islam Aceh di kabupaten kota yang ingin belajar manasik haji tak harus lagi ke Asrama Haji di Banda Aceh. Mereka bisa belajar manasik di kabupaten kota masing masing. Ini untuk memangkas jarak dan menghemat ongkos.
Ketika umat islam di pelosok Aceh tak harus lagi ke Banda Aceh untuk belajar manasik, dengan alasan sudah ada tempat yang dibangun Kemenag di kabupaten kota, maka alangkah rancu jika berharap umat Islam dari provinsi lain seluruh datang ke Aceh untuk manasik haji di ‘Syiah Kuala Islamic Center.’ Apalagi jika ditambah skalanya sebagai Pusat Zikir dan Manasik Asia Tenggara.
Ini tentu terlalu ‘cet langet.’ Kalau pun tetap dibangun jika Muzakir Manaf-Fadhlullah terpilih di pilkada 2024, ‘Syiah Kuala Islamic Center’ hanya akan menjadi bangunan yang menghabiskan anggaran besar tetapi mubazir dalam pemanfaatannya.
Kedua, berdasarkan pemaparan Muzakir Manaf di DPR Aceh, proyek ini direncanakan dibangun di kawasan pesisir yang masuk dalam zona rawan gempa dan tsunami. Ini tentu bertentangan dengan Qanun Tata Ruang. Wilayah yang seharusnya dilindungi, bukan dijadikan pusat keramaian.
Pembangunan dengan kapasitas puluhan ribu orang, ditambah bangunan tinggi dan gerai niaga seperti McDonald’s dan Starbucks, melanggar Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh tahun 2018, khususnya pada pasal 49 ayat 7 yang menyebutkan kawasan rawan bencana, termasuk gempa dan tsunami.
Terlebih lagi, Kecamatan Syiah Kuala, lokasi pembangunan manasik ini, jelas tercatat sebagai wilayah rawan bencana dalam aturan tersebut. Ini bukan sekadar perencanaan sembrono, tapi juga pelanggaran tata ruang yang memiliki kekuatan hukum.
Tidak sedikit pimpinan daerah di Indonesia yang akhirnya mendekam di balik jeruji besi karena mengeluarkan izin pembangunan sembarangan di wilayah berisiko. Apakah calon nomor urut 2 siap menambah daftar panjang para pelanggar hukum ini?
Yang lebih menyakitkan hati, sesuai dengan visual 3D yang ditampilkan Muzakir Manaf, kehadiran McDonald’s dan Starbucks dalam desain 3D tersebut justru menambah lapisan kontroversi. Bagaimana mungkin, dalam sebuah proyek yang katanya untuk ibadah, mereka menyelipkan simbol-simbol perusahaan yang secara global diketahui memiliki keterkaitan dengan kepentingan Israel? Apakah ini bentuk nyata dari dukungan terhadap entitas yang menyakiti saudara-saudara kita di Palestina? Rencana ini lebih mirip “proyek pro-Israel” daripada proyek zikir yang seharusnya membawa keberkahan.
Ini bukan sekadar soal pembangunan, melainkan pelanggaran pidana atas tata ruang yang membahayakan keselamatan rakyat. Lebih parah lagi, proyek ini mencederai solidaritas umat Islam terhadap Palestina. Apakah rakyat Aceh siap menyaksikan impian mereka hancur dalam debu pelanggaran hukum dan moral.
Maka, menampilkan visual 3D dan janji pembangunan ‘Syiah Kuala Islamic Center’ dalam visi misi Muzakir Manaf-Fadhlullah, bisa jadi muncul bukan dari tim visi misi atau para pakar, tapi lebih dari pemikiran ‘para politisi setengah matang’ di sisi Mualem yang tak pernah berpikir akan jadi bahan candaan di kemudian hari.
Hendaknya Semua Bakal Calon Rasional dlm Membuat dan membangun Visi nya…Jangan Lah Mengajak Ummat utk berhayal dlm tipuan CALON…
Jgn Karena Aceh terkenal dgn Daerah RELIGY dan bahkan sebagian Masyarakat kita Karena AWAM atau tdk begitu Paham tentang Ilmu Agamanya namun mempunyai Fanatisme tinggi sehingga kadang Taklit Buta….. sehingga manakala ada Kandidat yg memaparkan Visi dan Misi berkenaan dgn Agama, masyarakat kita terpengaruh dan tehipnotis dgn Hal tersebut. Nah momen seperti itulah yg dimanfaatkan oleh Kandidat dlm jualannya…
Walaupun sesungguhnya tdk akan dilakukan nantinya
Dalam struktur team sukses mualim Dek fhad sangat banyak tokoh2 intelek kenapa masih ada haba bangai dlm kampanye nya?! Syiah kuala Islamic centre nyan keupue dilè?