HUJAN gerimis mengguyur pedalaman Aceh Timur pada Rabu malam pekan lalu. 5 Mobil turun beriringan dari Lokop Serbajadi menuju Peureulak Aceh Timur.
Dua mobil terdepan dipimpin oleh Din Kapla, seorang eks Tripoly dan anggotanya. Mereka adalah kombatan GAM yang menyatakan dukungan untuk Bustami Hamzah-HM Fadhil Rahmi, Cagub Cawagub Paslon 01.
Tiga mobil lainnya adalah rombongan Cawagub Paslon 01 yang akrab disapa Syech Fadhil. Mobil yang ditumpangi oleh penulis sendiri berada di urutan ke 4 dalam rombongan tadi.
Laju kendaraan melambat saat hendak memasuki deretan warung.
“Sekitar 4 kilometer lagi sudah jalan raya Banda Aceh-Medan,” ujar seorang eks kombatan Peureulak dari arah luar. Ia menumpang di mobil terdepan.
“Ta pajoh bu dilee,” kata pria berkumis lebat. Ia dipanggil Bang Din Kapla, eks Tripoli yang juga pelatih para Mualimin untuk tentra GAM semasa konflik.
Rombongan ini menghabiskan waktu hampir 30 menit lamanya di sana. Kemudian Bang Din Kapla kembali memimpin rombongan menuju salah satu Warkop yang menjadi salah satu lokasi pertemuan relawan 01 Aceh Timur wilayah barat.
Di lokasi acara, beberapa tim Syech Fadhil terlihat saling bisik.
Penulis memilih duduk terpisah di luar ruangan pertemuan sambil meneguk segelas kopi.
“Banyak tim UAS Aceh yang tak mau ikut ke Kualanamu,” celoteh seseorang dari rombongan terdengar.
“Kakeuh bah dicok lee awak nyan UAS laju,” jawab yang lain.
UAS yang dimaksud adalah Ustadz Abdul Somad (UAS). Sosok ini memiliki tim kecil yang selalu mengapitnya saat turun di tiap provinsi. Mereka mayoritas alumni timur tengah. Namun untuk tabligh akbar kali ini, banyak diantaranya mereka yang menolak untuk ikut. Entah karena alasan apa.
Hanya berselang menit, seorang anggota tim lainnya merapat ke meja penulis. Di sana, penulis dan dua anggota tim Syech Fadhil menikmati kopi.
Saat pertemuan dengan relawan selesai, Syech Fadhil terlihat keluar ruangan dengan para relawan. Ia menyalami satu persatu warga yang sedang ngopi di luar.
Keadaan itu berlangsung hingga 45 menit lamanya. Syech Fadhil melayani satu persatu warga dan relawan yang mengajaknya foto bersama. Jarum jam saat itu sudah menunjukan pukul 00.24 WIB Kamis dini hari.
Saat sesi foto selesai, seorang anggota tim merapat dan membisikan sesuatu ke telinga Syech Fadhil.
“Ya sudah. Kita silaturahmi di Langsa dan Tamiang saja. Ini mungkin lebih baik untuk semua,” ujar Syech Fadhil.
Rombongan ini kemudian minta izin ke Bang Din Kapla dan relawan untuk pamit pergi. Tiga mobil yang ditumpangi oleh tim Syech Fadhil dan penulis, kemudian bergerak menuju Langsa. Kami menginap di salah satu rumah milik sahabat Syech Fadhil di Langsa.
Di pagi Kamis, Syech Fadhil dan tim menggelar sejumlah pertemuan di Langsa. Termasuk, maulid nabi yang dihadiri oleh Abu Mudi di Bireum Bayem, Aceh Timur.
Saat perjalanan pulang ke Langsa, Syech Fadhil menerima telepon dari tim UAS Sumatera Utara. Mereka bicara panjang lebar tentang ‘UAS dan Bandara Kualanamu.’
“Kita berangkat ke Sumatera Utara. Kita sambut UAS saja, kemudian kembali pulang,” kata Syech Fadhil.
Sejumlah kegiatan dan pertemuan yang rencananya berlangsung pada Jumat dibatalkan. Termasuk jadi khatib Jumat di salah satu masjid di Langsa.
Rombongan melaju dengan kecepatan tinggi. Kami tiba jelang dini hari dan menginap di Grand Jame, hotel milik seorang pengusaha asal Aceh.
Jumat pagi, usai bertemu dengan sejumlah tokoh asal Aceh di Sumatera Utara, rombongan ini menuju ke Bandara Kualanamu. UAS dijadwalkan tiba pukul 10.30 WIB. Namun pesawat yang ditumpangi oleh UAS ternyata delay.
Pesawat yang ditumpangi oleh UAS mendarat di Bandara Kualanamu sekitar pukul 14.45 WIB. Kedatangan UAS mengalami keterlambatan beberapa jam dari jadwal yang ditargetkan semula pukul 11.30 WIB.
“Apa kabar Ustadz Fadhil,” kata UAS sambil memeluk Syech Fadhil dengan mata berkaca kaca. Mereka “cipika-cipiki” sampai 3 kali.
Keduanya dalam banyak kesempatan sempat terlibat saling bisik sambil saling menggenggam tangan. UAS kadang terlihat mengangguk dan memasang mimik serius, kadang saling melempar senyuman.
Selain Syech Fadhil, turut menyambut juga hadir di sana Nazaruddin Yahya. Sosok ini adalah ketua UAS Aceh yang ditunjuk oleh Syech Fadhil sebagai pengganti dirinya setelah menjabat sebagai anggota DPD RI pada 2019 lalu. Kini Nazaruddin Yahya juga ketua Gemira Aceh, sayap partai Gerindra.
Ada juga Muhammad Riza dan Teuku Amrullah dari Aceh. Juga hadir tim UAS Sumatera Utara.
Syech Fadhil, mengaku pertemuannya dengan UAS lebih ke rutinitas pada setiap kehadiran sahabatnya, UAS ke Aceh.
“Kita tidak bahas masalah politik. Yang ringan-ringan aja. Inilah silaturahmi antar sahabat. Masalah pilihan politik, Saya menghargai sikap netral Tuan Guru di pilkada Aceh,” ujar Syech Fadhil.
Dari Bandara Kualanamu, UAS dan Syech Fadhil serta rombongan makan siang bersama di salah satu Rumah Makan di sekitar Bandara Kualanamu. UAS dan Syech Fadhil duduk di sisi kanannya sambil bercerita banyak dan tertawa lepas.
“Saya doakan sahabat Ustadz Fadhil dan tim sukses dunia akhirat,” katanya sebelum berpisah.
[Bersambung]
Comments 1