Oleh Ahmad Zakwan Praja. Penulis adalah mahasiswa Prodi Pengembangan Masyakarat Islam UIN Ar-Raniry.
Ketimpangan sosial di Banda Aceh merupakan masalah yang membutuhkan perhatian serius. Sebagai ibu kota provinsi, Banda Aceh memiliki potensi besar di bidang ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur. Namun, kenyataannya, kesenjangan antara kelompok masyarakat masih sangat nyata. Sayangnya, upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini belum maksimal, sehingga menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
Pasar Gratis, sebagai sebuah gerakan sosial, hadir sebagai jawaban atas tantangan ini. Inisiatif ini tidak hanya menjadi alternatif kreatif, tetapi juga simbol solidaritas masyarakat terhadap mereka yang membutuhkan. Di pasar ini, tidak ada transaksi uang, tidak ada nilai tukar yang dihitung dalam rupiah—hanya ada rasa kebersamaan, saling menghargai, dan dukungan tanpa syarat.
Konsep pasar gratis muncul karena kesadaran sekelompok pemuda di Banda Aceh yang melihat ketidakpedulian pemerintah terhadap isu ketimpangan sosial. Mereka memahami bahwa perubahan tidak harus selalu bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi bisa dimulai dari langkah kecil melalui gotong royong. Dengan menggelar lapak untuk berbagi pakaian dan sembako di depan kantor DPRA, mereka memberikan contoh nyata bagaimana sebuah komunitas bisa menjadi agen perubahan sosial.
Komunitas, sebagai elemen penting dalam kehidupan sosial, memiliki fleksibilitas yang memungkinkan mereka bergerak cepat dan efektif. Tidak terikat oleh birokrasi atau hierarki yang kaku, komunitas dapat fokus pada misi yang spesifik—seperti menangani ketimpangan sosial. Dalam hal ini, pasar gratis menunjukkan bahwa kepedulian dan aksi bersama dapat melahirkan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat.
Namun, meskipun inisiatif seperti pasar gratis sangat membantu, peran pemerintah tetap menjadi kunci utama dalam mengatasi ketimpangan sosial secara sistemik. Pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan kebijakan yang memperhatikan kebutuhan masyarakat, khususnya kelompok rentan. Kebijakan yang adil dan berpihak pada rakyat kecil adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kesenjangan tidak terus melebar.
Pasar gratis bukan hanya solusi sementara, tetapi juga cerminan dari semangat gotong royong dan solidaritas yang mulai terkikis di era modern. Gerakan ini mengajarkan bahwa kebersamaan dan rasa percaya antarsesama jauh lebih berharga daripada keuntungan material. Oleh karena itu, inisiatif seperti ini layak didukung oleh semua elemen masyarakat, termasuk pemerintah.
Sebagai penutup, pasar gratis adalah bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil yang didorong oleh rasa empati dan kesadaran sosial. Gerakan ini mengingatkan kita bahwa komunitas yang kuat adalah fondasi untuk membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan setara. Jika pemerintah, komunitas, dan individu bersatu, ketimpangan sosial di Banda Aceh, dan di tempat lain, bukanlah masalah yang mustahil untuk diatasi
Versi ini menambahkan kedalaman argumen mengintegrasikan opini dengan analisis dan memberikan harapan yang lebih jelas tentang peran bersama dalam mengatasi ketimpangan sosial. []