BANDA ACEH– Sejumlah Mahasiswa dari Universitas Islam Antar Bangsa Kuantan Pahang Malaysia berkunjung ke Sekretariat Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) dan Museum Pedir di Banda Aceh. Rombongan mahasiswa ini datang dari negeri jiran untuk melihat-lihat koleksi manuskrip, mata uang Aceh tempoe dulu dan benda budaya yang ada di sana di samping membaca bahan-bahan pameran yang berada di seluruh dinding yang ada di Museum Mapesa dan Museum Pediri.
Mahasiswa dari negeri melayu ini selain melihat peninggalan sejarah rakyat aceh,mereka juga bersama pengurus MAPESA menata kembali batu nisan para raja uga nisan nisan ulama yang tidak terurus bahkan sebagian peninggalan sejarah tersebut sudah tidak bisa di identifikasi lagi,banyak dari batu nisan yang sudah patah,baik terjadi karna bencana dan tidak sedikit kerusakan itu disebabkan ulah tangan tangan manusia itu sendiri.
Salah seorang dosen Universitas Islam Antar Bangsa Prof.DR Mohd Affendi Mohd Shafri yang memfasilitasi anak anak mahasiswa tersebut mengatakan bahwa Kandungan dalam ruang muesum MAPESA dan PEDIR MUSEUM yang dipajang itu begitu kaya sekali dengan maklumat. Saya sendiri tidak sempat membaca dan menilik semuanya dan mesti datang lagi. ia mengakui datang ke Aceh khusus mengunjungi MAPESA untuk mempelajarisejarah Aceh dan mempelajari sistem pengobatan tempo dulu dalam kitab atau manuskrip kuno peninggalan kesultanan Aceh. para mahsiswa tersebut memberikan apresiasi yang sangat luarbiasa kepada pemuda Aceh secara sukarela dalam menjaga sejarah dan benda benda peninggalan masa kejayaan kesultanan aceh.
Di penghujung kunjungan, rombongan IIUM Kuantan diberikan tanggapan yang menarik tentang aktivitas meusuraya atau gotong royong yang akan dilakukan MAPESA secara sukarela dan tanpa bayaran dari pihak manapun. Diharapkan semua pelajar yang mengikuti rombongan ini terinspirasi dengan usaha sekumpulan anak muda yang secara sukarela berjuang mempertahankan warisan nenek moyang mereka walaupun masih di usia siswazah, belum ada kerja tetap dan tiada bantuan pemerintah. Saya sering menyebut ‘tidak ada yang mustahil pada jiwa yang sudah rela ujar dosen yang berkacamata tersebut.’
Pengurus MAPESA, Mizuar Mahdi Al Asyi sangat berterimakasih kepada para mahasiswa dari malaysia, ia mengatakan dengan kunjungan mahasiswa dari luar negeri itu penanda bahwa sejarah aceh menjadi rujukan bagi kemajuan ilmu dan peradaban se asia tenggara tutup nya.