Atjeh Watch
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video
No Result
View All Result
Atjeh Watch
No Result
View All Result
Home Pariwisata

MAA Rilis Hasil Penelitian Ornamen di Kawasan Samudera Pasai

Admin1 by Admin1
29/10/2019
in Pariwisata
0
MAA Rilis Hasil Penelitian Ornamen di Kawasan Samudera Pasai

BANDA ACEH  – Hasil penelitian Majelis Adat Aceh (MAA) terhadap Batu Nisan di Kerajaan Samudera akhirnya dibukukan. Ada empat lokasi situs makam Kesultanan Samudera Pase dalam Kecamatan Samudera, Aceh Utara yang menjadi objek dalam penelitian tersebut.

Masing-masing lokasinya adalah situs Sultan Malikussaleh di Beuringen, situs makam Kuta Kareung, Situs Batei Balee di Desa Meucat, dan situs makam Empatpuluh Empat.

Penelitian ini melibatkan lembaga Penelitian Pasee (PIR) yang bekerja sama dengan Majelis Adat Aceh (MAA) Aceh Utara dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Saifuddin Dhuhri, salah satu dosen dari Universitas Malikussaleh (Unimal), Selasa 29 Oktober 2019 menyebutkan, ada empat ornamen khas yang ditemukan di situs-situs makam tersebut.

Pertama simbol “Kande” dan “Pisang Dua”. Simbol Kande menurutnya melambangkan penda`i yang menyiarkan Islam di Asia Tenggara. “Sebagaimana Islam selalu disimbolkan dengan cahaya, maka kande melambangkan ulamanya. Sedangkan simbol Pisang Dua bermakna kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Samudra Pasai pada masa gemilangnya,” kata Saifuddin.

Ornamen khas kedua adalah “Bungong Kalimah”, yaitu kaligrafi dengan berbagai varian dan ragamnya.

Tgk Zulfikar, salah satu kaligrafer Aceh mengatakan Pase terdapat banyak ragam kaligrafi, dominannya tsulust, kufi dan nasakh. Corak tsulust-nya banyak dipengaruhi oleh likok Turki, sementara tipe naskh mencirikan khat terawal dari perkembangan seni khat dalam dunia Islam.

Adapun ornamen ketiga adalah “Bungong Geometrik”, ornamen yang dibentuk dari gabungan bentuk-bentuk geometri seperti segi tiga, segi empat, bulat dan lainnya.
Sementara ornamen khas ketiga adalah “Bungong Kayei” yang terdiri bunga-bunga kayu yang hidup dan tumbuh di Samudra Pase atau bentuk Arabesque.

“Ornamen Kesultanan Samudra Pasai dan Aceh sangat kaya. Jikalau didekati dengan kajian semiotika, iconography dan iconometrik, maka akan sangat terbuka lebar betapa kayanya khazanah kesenian dan budaya Aceh,” ujar Yudi Andika mewakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh.

Dia mencontohkan ukuran ketebalan batu nisan, dan penggunaan ikon-ikon tertentu dari nisan. Semua itu menurutnya menujukan kedudukan sosial pemilik nisan.

Sementara Hermansyah selaku filolog Aceh menjelaskan bahwa Pase sudah terkenal melalui naskah Samudra Pasai. Dia menyebutkan dengan keagungan sejarah Pase seharusnya daerah ini memiliki ikon khusus yang dapat dikenal dengan mudah.

“Ikon ornamen ini menjadi identitas daerah Pase ini,” kata pria yang juga berstatus sebagai dosen di UIN Ar Ranirry tersebut.

Senada dengan Hermansyah, arsitektur dan juga dosen dari Unimal, Adi Safyan, menguraikan bagaimana menggunakan ornamen ini pada gedung, void ruangan dan lainnya.

“Saat ini hasil penilitian Tim MAA Aceh Utara tersebut sudah kita bukukan dengan judul buku “Pedoman Ornamen Aceh Utara Sebagai Peninggalan Indatu.”

Buku ini pertamakali diterbitkan pada tahun 2017, selanjutnya pada tahun 2019 ini buku tersebut dicetak untuk kedua kalinya,” katanya.

Dia berharap dengan kehadiran buku ini dapat memberikan petunjuk dan arahan tentang pentingnya metode penggunaan ornamen Samudra Pase bagi para praktisi dan peneliti, serta guru yang berada di lingkungan Aceh Utara khususnya, dan Aceh pada umumnya.

Terkait hal ini, MAA Aceh Utara, bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, serta lembaga Penelitian Pase (PIR) telah melaksanakan sosialisasi buku tersebut di MAA pada Selasa, 22 Oktober 2019 lalu. []

Previous Post

Ganja Senilai Rp 100 Juta Disita dari Seorang Pengedar

Next Post

Dua Periode Pimpin Abdya, Harta Akmal Senilai Rp9,03 Miliar

Next Post
Dua Periode Pimpin Abdya, Harta Akmal Senilai Rp9,03 Miliar

Dua Periode Pimpin Abdya, Harta Akmal Senilai Rp9,03 Miliar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

DPRK Banda Aceh Terima Pertanggungjawaban APBK 2024

DPRK Banda Aceh Terima Pertanggungjawaban APBK 2024

08/07/2025
Jemaah Haji Aceh di Arab Saudi Tersisa 133 Orang

Jemaah Haji Aceh di Arab Saudi Tersisa 133 Orang

08/07/2025
Tim DPMG Aceh Verifikasi Data Sejumlah Mukim Persiapan di Abdya

Tim DPMG Aceh Verifikasi Data Sejumlah Mukim Persiapan di Abdya

08/07/2025
ASN Kanwil Kemenag Aceh Serahkan Zakat Melalui Baitul Mal Aceh

ASN Kanwil Kemenag Aceh Serahkan Zakat Melalui Baitul Mal Aceh

08/07/2025
HT Ibrahim Terima Audiensi Komisioner KKR Aceh di Senayan

HT Ibrahim Terima Audiensi Komisioner KKR Aceh di Senayan

08/07/2025

Terpopuler

Haru, Kakak-Beradik Asal Pidie Ini Rasakan Sensasi Berhaji di Usia Muda

Haru, Kakak-Beradik Asal Pidie Ini Rasakan Sensasi Berhaji di Usia Muda

07/07/2025

Nyan, Sejumlah Pustu Akan Direhap di Pidie

Habib Luthfie Bin Yahya: Ijtimak Ulama Aceh Jalan Terbaik Penyelesaian Blang Padang

Tarian “Sentinel” Pukau Pengunjung Sound of Nanggroe di Taman Budaya Aceh

Pupuk Subsidi Mahal Dan Langka, Bupati Diminta Copot Kadistan Asel

  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2022 atjehwatch.com

No Result
View All Result
  • Nanggroe
    • Lintas Barat Selatan
    • Lintas Tengah
    • Lintas Timur
      • Nasional
  • Internasional
  • Saleuem
  • Feature
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Sosok
  • Opini
  • Cerbung
  • Foto
  • Video

© 2022 atjehwatch.com