BANDA ACEH – Selama tiga hari berturut-turut, para budayawan se-Aceh berkumpul di Banda Aceh dalam rangkaian kegiatan Kemah Seniman 6 Tahun 2019. Event budaya dua tahunan ini dibuka secara resmi oleh Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haytar, Jumat malam 22 November 2019 di Taman Budaya, Banda Aceh.
“Pesan saya, hendaknya karya-karya seni yang akan dikembangkan tidak boleh menghilangkan jati diri Bangsa Aceh, sebab budaya adalah manifestasi akal dan budi, Budaya bukanlah rekayasa tetapi berakar dari sejarah panjang perjalanan suatu bangsa,” kata Wali Nanggroe saat memberikan sambutan sebelum pembukaan secara resmi.
Pada kesempatan tersebut, Wali Nanggroe juga mengamanahkan agar Kemah Kesenian yang digelar tahun ini harus dimaknai sebagai upaya menggali kembali sejarah dan peradaban Aceh, agar diperoleh suatu dokumen jejak kebudayaan Aceh yang sesungguhnya. Tujuannya agar generasi sekarang dan masa depan benar-benar memahami seni budaya Aceh yang sesungguhnya.
“Kembangkanlah budaya yang mampu memberi spirit agar anak-anak muda Aceh gemar melakukan shafar, bertualang ke seluruh penjuru benua. kelak mereka akan menjadi insan merdeka yang berwawasan luas dan mengharumkan nama Aceh sampai ke seluruh pelosok dunia,” kata Wali Nanggroe.
Wali Nanggroe juga berpesan agar Seniman Aceh harus mampu bersaing di era revolusi industri dengan memanfaatkan internet dan media lainnya untuk memajukan budaya Aceh. sebab Aceh memiliki beragam khasanah budaya, tari dan lagu-lagu heroik.
“Bahkan tari saman dari Aceh telah menjadi warisan dunia.”
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Nurmaida Atmaja melaporkan bahwa Kemah Seniman 6 Tahun 2019 terdiri dari beberapa rangkaian acara antaralain; panggung apresiasi seni, beulangoeng akustik yaitu menyantap hidangan kuah beulangoeng sembari mendengarkan musik akustik, pameran lukisan kebudayaan, pidato kebudayaan, pagelaran seni dan tradisi seni se-Aceh.
“Keseluruhan agenda kegiatan dilaksanakan di seputaran Taman Budaya Banda Aceh,” kata Nurmaida.[]