WANITA muda itu mencoba tersenyum. Tutur katanya lembuh dan bersahaja. Ia memakai kaos panjang dan sarung tangan. Jilbab coklat lusuh tak mengurangi pesonanya yang kini memiliki keterbatasan.
Ia adalah Nurfadhillah, 32 tahun, mantan primadona di Desa Bagok Panah 3, Kecamatan Darul Aman, kabupaten Aceh Timur.
Namun kini ia harus menghadapi tantangan berat hari demi hari. Setengah badannya ditutup kain. Ini karena ia mengalami kelumpuhan usai melahirkan anak kedua.
Tapi semangat dan senyum tak luntur dari wajahnya.
“Neupiyoh hai pak,” ujarnya.
Tangannya terlihat cekatan memukul melinjo. “Tuk, tuk, tuk.”
Nurfhadillah memiliki 2 anak. Anak pertama masih duduk di bangku sekolah Dasar kelas 6 dan anak kedua kelas 3.
Kisah pilu yang dialami Nurfhadhillah pasca melahirkan anak kedua. Nurfadhillah ditinggal pergi oleh suami dalam keadaan cacat total. Janda dua anak tersebut kini harus membesarkan kedua anaknya dalam keadaan fisik yang tidak bisa digerakkan secara sempurna.
Namun demikian semangat Nurfadhillah dalam mencari rezeki tidak pernah pupus. Semangatnya hanya satu, yaitu agar anak-anaknya tetap harus mengenyam pendidikan walaupun kondidisi fisiknya tidak bisa digerakkan secara sempurna.
Nurfhadillah yang menempati gubuk reot tak berdinding tersebut dalam sehari-harinya bekerja sebagai pembuat kerupuk belinjo dengan upah per liternya Rp.20.000 rupiah. Bekerja dengan fisik terbaring di tikar, bukanlah halangan baginya untuk menggais rezeki. Semangat yang ada padanya mengalahkan orang yang memiliki fisik sempurna.
Di sela-sela santai, Nurfadhillah mencurahkan harapannya kepada tim yang hadir ke sana. Nurfhadillah ingin berobat agar bisa sembuh secara sempurna dan memiliki usaha sendiri serta rumah layak huni bagi dirinya dan buah hatinya.
Namun dengan keterbatasan yang dimiliki, serta tanggungjawab membesarkan dua anaknya yang masih kecil, sulit baginya untuk berobat.
Hasil kerjanya sehari-hari, hanya cukup untuk makan dan kebutuhan sekolah dua anaknya yang masih kecil.
Nurfhadillah berharap suatu saat, ada dermawan yang mau membantunya untuk berobat.
“Mudah-mudahan bisa sembuh demi dua anak saya,” harap dia.
Sementara itu, petinggi desa setempat, mengaku bahwa rumah bantuan untuk Nurfadhillah, telah masuk usulan pembangunan dari Pemkab Aceh Timur pada APBK 2020. []