PERTEMUAN GAM bansigom Aceh bisa dikatakan berlangsung sukses. Sejumlah jajaran GAM hadir ke Komplek Meureu, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Acara berlangsung dengan meriah.
Suksesnya acara di Meureu mengindikasikan bahwa besarnya kerinduan GAM untuk kembali bersatu seperti semasa konflik. Menghilangkan sekat partai dan berbicara untuk kepentingan Aceh.
Demikian juga dengan para mantan panglima wilayah, para pejuang AM serta bupati dan walikota se-Aceh dari barisan kombatan GAM.
Pertemuan itu seolah memberi isyarat bahwa GAM masih ada dan solid.”Bek dipike GAM hanalee,” kata Teungku Ni di atas panggung.
Namun pertemuan itu hanya berlangsung hingga pukul 13.30 WIB. Usai doa dan makan bersama, acara dianggap selesai. Masing-masing kemudian kembali ke daerah.
Timbul pertanyaan, apakah pertemuan singkat ini mampu membuat konsolidasi GAM seperti awal-awal damai? Jawabannya tentu tidak. Mengembalikan GAM agar solid seperti masa konflik membutuhkan waktu serta usaha yang lebih ekstra.
Para petinggi GAM perlu merumuskan langkah-langkah penting serta konsolidasi per wilayah agar pernyatuan bisa melebar ke wilayah hingga sagoe. Dengan begitu, konsolidasi berjalan hingga ke akar rumput.
Para elit GAM perlu berkerja ekstra untuk mengembalikan marwah GAM sebagai bargaining Aceh di mata Pusat. Semua ini baru akan tercapai apabila konsolidasi tadi berjalan dengan baik sesuai dengan semangat pertemuan Meureu.
Maka dari semua harapan tadi, pertemuan GAM di Meureu harusnya adalah gerak awal untuk penyatuan GAM bansigom Aceh. Elit GAM, seperti Mualem, Aburazak, serta panglima wilayah harus lebih aktif turun ke lapangan untuk menggelar pertemuan internal serta memaparkan kondisi Aceh pada umumnya.
Jika ini terjadi, maka marwah GAM dengan sendirinya akan kembali tumbuh. Maka jangan hanya bangga dengan suksesnya silaturahmi GAM, tapi teruslah menggalang persatuan di akar rumput. []