Washington – Bisnis pariwisata disebut-sebut sebagai bisnis yang paling terkena dampak virus Corona. Uang yang hilang dari bisnis pariwisata global diperkirakan mencapai USD 820 miliar atau sekitar Rp 12.486 triliun!
Pelaku wisata di China berkontribusi sekitar setengah dari pendapatan yang hilang tadi seiring banyak perusahaan yang membatalkan rencana bepergian mereka karena pandemi. Secara keseluruhan, bisnis wisata di Asia yang paling merana, sekitar 3 dari 4 perusahaan mengaku membatalkan rencana perjalanan bisnis ke China, Hong Kong, Taiwan dan negara Asia Pasifik lainnya.
Itu merupakan hasil perhitungan dari Global Business Travel Association (GBTA) seperti dikutip dari CNBC, Rabu (18/3/2020). Virus Corona yang pertama kali menyebar di Wuhan, China sudah menewaskan 4.000 orang, dan efek ke ekonomi dunia pun mengerikan.
“Dampaknya ke industri travel dan ekonomi tidak jangan diremehkan,” ujar CEO GBTA Scott Solombrino .
Bisnis travel di China mengalami penurunan super drastis sebesar 95 persen dengan kerugian mencapai USD 404,1 miliar dollar, sementara di Eropa diperkirakan mencapai USD 190,5 miliar. Maskapai dan perhotelan yang biasanya diuntungkan juga terkena dampaknya.
Sementara untuk dampak virus Corona ke wisata Indonesia, kerugian ditaksir mencapai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 21,8 triliun.
“Untuk sementara waktu untuk sektor pariwisata kami menghitung sudah mengalami kerugianUSD 1,5 miliar. Itu dari turis Tiongkok sendiri saja sudah USD 1,1 miliar. Dan ditambah dengan ikutan-ikutan yang lain paling sedikit adaUSD 400 miliar,” kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Hariyadi Sukamdani dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (12/3/2020).