JENEWA – Amerika Selatan, disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pusat pandemi baru COVID-19. Brasil dinyatakan oleh WHO negara di Amerika Selatan, yang paling parah terdampak pandemi COVID-19 ini.
“Dalam arti tertentu, Amerika Selatan telah menjadi episentrum baru untuk penyakit ini,” kata Mike Ryan, pakar darurat darurat WHO, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/5/2020).
Ia mengatakan bahwa Brasil adalah negara yang paling terdampak, dan pihak berwenang di sana telah menyetujui penggunaan secara luas obat anti-malaria hydroxychloroquine untuk pengobatan Covid-19. Dia menegaskan bahwa bukti klinis tidak mendukung penggunaan obat itu secara luas terhadap penyakit ini, mengingat risikonya.
Sementara itu, terjadi peningkatan kasus di beberapa negara Afrika yang sejauh ini memiliki angka kematian relatif rendah. Ryan mengatakan sembilan negara Afrika mengalami kenaikan kasus hingga 50% dalam sepekan terakhir, sementara yang lain mengalami penurunan atau tingkat stabil.
“Tingkat kematian yang rendah mungkin karena separuh populasi benua adalah 18 atau lebih muda,” katanya, sambil mengatakan dia tetap khawatir penyakit ini akan menyebar di benua dengan kesenjangan yang signifikan dalam layanan perawatan intensif, oksigen medis dan ventilasi itu.
WHO sendiri dalam sebuah pernyataan mengatakan pandemi COVID-19 hari ini mencapai tonggak sejarah di Afrika, dengan lebih dari 100.000 kasus dikonfirmasi.
“Virus itu sekarang telah menyebar ke setiap negara di benua itu sejak kasus pertama dikonfirmasi di wilayah itu 14 minggu lalu,” kata WHO, mencatat ada 3.100 kematian yang dikonfirmasi di benua yang luas itu.
WHO menyatakan bahwa sekitar setengah dari negara-negara Afrika mengalami penularan virus oleh komunitas.
Sedangkan Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti, yang berasal dari Botswana, mengatakan: “Untuk saat ini COVID-19 telah membuat pendaratan yang lembut di Afrika, dan benua itu telah terhindar dari tingginya jumlah kematian yang telah menghancurkan wilayah lain di dunia.”
“Kita tidak boleh terlena dengan rasa puas diri karena sistem kesehatan kita rapuh dan kurang mampu mengatasi peningkatan kasus yang tiba-tiba,” imbuhnya.