BEBERAPA hari di Australia, Ibnu mendapatkan nomor handphone baru dari salah satu staf di KBRI Sidney. Ia kembali menghubungi Dara untuk memberitahu keberadaannya di Sidney serta menanyakan alasan gadis itu tak membalas mailnya.
Namun handphone milik Dara ternyata tak aktif. Keadaan ini membuat Ibnu panic serta tak focus.
“Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Dara? Tidak mungkin ia tidak membalas mailku dan kini handphone nya juga tak aktif,” gumam Ibnu.
Ia kemudian mengirim pesan singkat ke Ahmadi di Banda Aceh. Namun pria itu juga tak membalas pesannya itu.
Ahmadi baru membalas pesan sekitar dua jam kemudian. Ibnu kemudian kembali menghubungi Ahmadi dengan video call salah satu aplikasi. Awalnya, Ahmadi hendak bercanda dengan Ibnu saat melihat sahabatnya itu. Namun raut wajah Ibnu yang muram membuatnya undur menggoda sahabatnya itu.
“Wak. Bisa tolong aku? Nomor handphone Dara tidak aktif sejak beberapa hari terakhir? Mail-ku juga tak dibalas,” ujar Ibnu dalam video jarak jauh tersebut.
“Dara tunanganmu itu? Aku tidak pernah bertemu dengannya. Nomornya juga tidak ada,” ujar Ahmadi kemudian.
Ibnu sendiri juga tak memiliki nomor handphone atau kerabat Dara di Jakarta. Ia juga tidak pernah menghubungi keluarganya di Sumatera Barat.
Namun Ibnu tiba-tiba teringat dengan Bram di Bireuen. Pengacara keluarga Dara di Bireuen itu pasti memiliki nomor handphone kliennya yang berada di Sumatera Barat. Lelaki itu sebenarnya pernah memberi nomor teleponnya ke Ibnu tapi ia lupa mencatatnya serta menyimpan kartu nama pria itu.
“Wak. Aku kirim alamat Bang Bram di Bireuen. Kau ke Bireuen untuk bertemu dengannya sebentar. Aku juga kirim uang tiket untukmu,” kata Ibnu setengah panic.
Ahmadi awalnya hendak menolak. Ini karena ia ada metting dengan pejabat pemerintah Aceh beberapa jam lagi. Namun ia punya solusi atas persoalan yang dialami oleh Ibnu.
“Nu. Bang Bram, yang kau sebutkan itu pengacara kah? Ada kantornya di Bireuen-kan? Kalau ada kantor kemungkinan ada website-nya juga. Bisa dicari di google,” kata Ahmadi kemudian.
Wajah Ibnu tiba-tiba cerah. Ia kemudian mengakhiri video call dengan Ahmadi tiba-tiba. Ibnu langsung mencari website kantor Bram dan ternyata ketemu. Ada juga nomor handphone kantor yang tertera di sana.
Ibnu menghubungi nomor yang bersangkutan. Namun saat dihubungi, tak ada orang yang menerima telepon di sana. Baru pada panggilan ke 4, panggilan tersebut tersambung.
“Pak Bram berangkat ke Jakarta tiba-tiba kemarin! Ada persoalan yang harus diurusnya,” ujar seorang gadis di ujung telepon.
Gadis itu kemudian menyebut sejumlah angka untuk nomor handphone pengacara itu. Ibnu mengucapkan terimakasih dan menutup telepon.
Ia kemudian menghubungi nomor Bram yang diberikan gadis tadi. Nomor tersambung dan aktif. Namun pria itu tak mengangkat handphone-nya. Berulangkali ditelepon, berulangkali pula tak ada jawaban. Keadaan ini kian membuat Ibnu gelisah.
[Bersambung]